[caption id="attachment_41362" align="aligncenter" width="302"]
Kabut asap landa Tarutung sekitarnya[/caption]
Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Kabupaten Taput mencapai 6.892 orang. Jumlah itu meningkat sejak dua bulan terakhir yang diduga akibat dampak kabut asap yang ikut dirasakan oleh warga.
“Data yang diterima dari puskesmas di Taput, penderita ISPA yang ditangani di 19 puskesmas itu mencapai 6.892 pasien sejak Agustus hingga September,” kata Plt Kadis Kesehatan melalui Kabid P2P PL dr Tony Lumbantobing, Senin (12/10) saat dikonfirmasi di kantornya.
Tony merinci,untuk Agustus total penderita ISPA sebanyak 2.276 pasien dengan perkiraan untuk balita di bawah 1 tahun mencapai 236 penderita. Balita 1-4 tahun mencapai 500 penderita. Totalnya untuk balita terkena ISPA jumlahnya 736 orang. Sedangkan untuk penderita ISPA berumur diatas 5 tahun mencapai 1.540 orang.
“Bila ditotal warga yang terserang gejala ISPA Agustus mencapai 2.276 orang,” katanya.
Untuk September, penderita ISPA naik menjadi 4.616 orang. Dengan perincian penderita ISPA bagi balita dibawah umur 1 tahun sebanyak 693 orang. Balita berumur 1-4 tahun sebanyak 1.138 orang. Sedangkan untuk penderita berumur 5 tahun keatas sebanyak 2.785 orang.
Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Kabupaten Taput mencapai 6.892 orang. Jumlah itu meningkat sejak dua bulan terakhir yang diduga akibat dampak kabut asap yang ikut dirasakan oleh warga.
“Data yang diterima dari puskesmas di Taput, penderita ISPA yang ditangani di 19 puskesmas itu mencapai 6.892 pasien sejak Agustus hingga September,” kata Plt Kadis Kesehatan melalui Kabid P2P PL dr Tony Lumbantobing, Senin (12/10) saat dikonfirmasi di kantornya.
Tony merinci,untuk Agustus total penderita ISPA sebanyak 2.276 pasien dengan perkiraan untuk balita di bawah 1 tahun mencapai 236 penderita. Balita 1-4 tahun mencapai 500 penderita. Totalnya untuk balita terkena ISPA jumlahnya 736 orang. Sedangkan untuk penderita ISPA berumur diatas 5 tahun mencapai 1.540 orang.
“Bila ditotal warga yang terserang gejala ISPA Agustus mencapai 2.276 orang,” katanya.
Untuk September, penderita ISPA naik menjadi 4.616 orang. Dengan perincian penderita ISPA bagi balita dibawah umur 1 tahun sebanyak 693 orang. Balita berumur 1-4 tahun sebanyak 1.138 orang. Sedangkan untuk penderita berumur 5 tahun keatas sebanyak 2.785 orang.
“Data ini merupakan penderita yang datang berobat ke puskesmas. Sementara ada juga warga yang terkena, tetapi tidak datang ke puskesmas untuk berobat. Kalau kabut asap ini tidak berkurang, kita khawatirkan penderita ISPA akan kembali meningkat dari angka sebelumnya,” ungkap Tony.
Oleh karena itulah, dalam beberapa kesempatan, pihak Dinas Kesehatan turun membagikan masker secara gratis kepada warga. ”Kita juga telah menyalurkan masker ke puskesmas untuk dibagikan ke masyarakat di wilayahnya,” ungkapnya.
>>> Ukur Kualitas Udara
Sementara itu, pihak kantor Lingkungan Hidup setempat, melakukan pengukuran kualitas dan kandungan udara, Senin (12/10). Pengukuran kualitas udara dilakukan di lokasi terbuka yang diawali dari halaman perkantoran bupati setempat. Kemudian berlanjut ketepian tanggul Sigeaon berlanjut ke Sipoholon dan Siatas Barita.
Kepala Kantor Lindup Taput Polmudi Sagala mengungkapkan, pengukuran kualitas udara tersebut dilakukan untuk memastikan kualitas udara akibat pencemaran asap belakangan ini.
“Pengukuran dan penghitungan kualitas udara akibat asap hingga kini masih berlangsung. Kemudian pengukuran kualitas udara dilakukan untuk memastikan seberapa parah pencemaran yang timbul,” terang Polmudi.
Polmudi menyebut, tempat yang menjadi subjek penelitian meliputi kawasan perkantoran, perumahan dan tempat terbuka. Ketiga tempat ini dipilih lantaran dinilai sebagai lokasi yang padat aktivitas.
“Dalam pengukuran kualitas udara ini, kita menggunakan satu alat yang menghimpun partikel debu, Air Sampler-Impinger yang dilengkapi larutan pengurai TSP (Total Suspended Partikulat), SO2 (sulfur oksida) dan NO2 (nitrit) serta teropong opasitas untuk melihat kepekatan kabut,” paparnya.
Dalam melakukan pengukuran kualitas udara ini, tim harus menganalisis dan meneliti selama 60 menit. Usai itu, hasil tersebut juga belum bisa dibeberkan ke publik.
Untuk saat ini, kandungan udara di Taput masih berada di bawah baku mutu. Khususnya, kandungan radikal bebas (Oksidan) dan debu (TSP).(ht/bl)
Oleh karena itulah, dalam beberapa kesempatan, pihak Dinas Kesehatan turun membagikan masker secara gratis kepada warga. ”Kita juga telah menyalurkan masker ke puskesmas untuk dibagikan ke masyarakat di wilayahnya,” ungkapnya.
>>> Ukur Kualitas Udara
Sementara itu, pihak kantor Lingkungan Hidup setempat, melakukan pengukuran kualitas dan kandungan udara, Senin (12/10). Pengukuran kualitas udara dilakukan di lokasi terbuka yang diawali dari halaman perkantoran bupati setempat. Kemudian berlanjut ketepian tanggul Sigeaon berlanjut ke Sipoholon dan Siatas Barita.
Kepala Kantor Lindup Taput Polmudi Sagala mengungkapkan, pengukuran kualitas udara tersebut dilakukan untuk memastikan kualitas udara akibat pencemaran asap belakangan ini.
“Pengukuran dan penghitungan kualitas udara akibat asap hingga kini masih berlangsung. Kemudian pengukuran kualitas udara dilakukan untuk memastikan seberapa parah pencemaran yang timbul,” terang Polmudi.
Polmudi menyebut, tempat yang menjadi subjek penelitian meliputi kawasan perkantoran, perumahan dan tempat terbuka. Ketiga tempat ini dipilih lantaran dinilai sebagai lokasi yang padat aktivitas.
“Dalam pengukuran kualitas udara ini, kita menggunakan satu alat yang menghimpun partikel debu, Air Sampler-Impinger yang dilengkapi larutan pengurai TSP (Total Suspended Partikulat), SO2 (sulfur oksida) dan NO2 (nitrit) serta teropong opasitas untuk melihat kepekatan kabut,” paparnya.
Dalam melakukan pengukuran kualitas udara ini, tim harus menganalisis dan meneliti selama 60 menit. Usai itu, hasil tersebut juga belum bisa dibeberkan ke publik.
Untuk saat ini, kandungan udara di Taput masih berada di bawah baku mutu. Khususnya, kandungan radikal bebas (Oksidan) dan debu (TSP).(ht/bl)