[caption id="attachment_41177" align="alignleft" width="269"]
Pengrajin lidi sawit (foto: Antara)[/caption]
Saat harga Tandan Buah Sawit (TBS) anjlok, harga lidi dari pelepah pohon sawit perlahan merangkak naik. Hal ini pun dianggap sebagai berkah oleh para petani, yang ‘menjerit’ pasca terjun bebasnya harga sawit.
Menurut Eko Rino (9/10), dewasa ini harga lidi kering dari pelepah sawit berada pada angka Rp2. 000 per kilogram, jauh di atas harga TBS, yang yang bercokol di level Rp850 per kilogram. Kondisi ini membuat masyarakat banyak menjadi pengarit lidi sawit untuk menopang perekonomian keluarga.
Saat harga Tandan Buah Sawit (TBS) anjlok, harga lidi dari pelepah pohon sawit perlahan merangkak naik. Hal ini pun dianggap sebagai berkah oleh para petani, yang ‘menjerit’ pasca terjun bebasnya harga sawit.
Menurut Eko Rino (9/10), dewasa ini harga lidi kering dari pelepah sawit berada pada angka Rp2. 000 per kilogram, jauh di atas harga TBS, yang yang bercokol di level Rp850 per kilogram. Kondisi ini membuat masyarakat banyak menjadi pengarit lidi sawit untuk menopang perekonomian keluarga.
Menurut pria yang kesehariannya bekerja sebagai security pada salah satu Pabrik Kelapa Sawit (PKS) ini, alasan harga yang cukup tinggi, membuat mereka kerap memanfaat waktu luang untuk mencari lidi. “Hasilnya juga lumayan untuk menopang perekonomian keluarga, apalagi banyak keperluan untuk biaya anak sekolah,” katanya.
Untuk mencari lidi mereka pergi ke kebun sawit pada saat para pemanen sawit melakukan pengegrekan pelepah pohon sawit. "Tentu kami permisi terlebih dahulu pada mereka untuk mengambil pelepahnya.Terkadang mereka juga senang sebab kebun sawit mereka tampak lebih bersih," sambungnya.
Lanjutnya, warga juga berlomba mencari lidi di kebun sawit. Terkadang di kebun sawit milik swasta dan kebun milik BUMN. "Dalam sehari keluarga kami bisa mengarit lidi sebanyak 20 kg. Para pengarit lidi di sini juga tidak susah menjualnya, sebab penampungnya (agen) datang langsung ke sini sekali seminggu. Jadi dalam seminggu kami bisa menjual lidi sawit kurang lebih 100-150 kg/minggu," terangnya.
Hal senada juga dikatakan oleh Rusni (35),tetangga Eko. "Sekarang lebih enak mencari lidi sawit bang.Harganya saja lebih mahal dari buah sawitnya,"ucap Rusni. Dijelaskannya, dirinya menjadi pengarit lidi untuk biaya sekolah anaknya. "Anak saya banyak bang, jadi harus lebih gigih mencari nafkah, asal halal,” katanya tersenyum. (bbs)
Untuk mencari lidi mereka pergi ke kebun sawit pada saat para pemanen sawit melakukan pengegrekan pelepah pohon sawit. "Tentu kami permisi terlebih dahulu pada mereka untuk mengambil pelepahnya.Terkadang mereka juga senang sebab kebun sawit mereka tampak lebih bersih," sambungnya.
Lanjutnya, warga juga berlomba mencari lidi di kebun sawit. Terkadang di kebun sawit milik swasta dan kebun milik BUMN. "Dalam sehari keluarga kami bisa mengarit lidi sebanyak 20 kg. Para pengarit lidi di sini juga tidak susah menjualnya, sebab penampungnya (agen) datang langsung ke sini sekali seminggu. Jadi dalam seminggu kami bisa menjual lidi sawit kurang lebih 100-150 kg/minggu," terangnya.
Hal senada juga dikatakan oleh Rusni (35),tetangga Eko. "Sekarang lebih enak mencari lidi sawit bang.Harganya saja lebih mahal dari buah sawitnya,"ucap Rusni. Dijelaskannya, dirinya menjadi pengarit lidi untuk biaya sekolah anaknya. "Anak saya banyak bang, jadi harus lebih gigih mencari nafkah, asal halal,” katanya tersenyum. (bbs)