[caption id="attachment_41171" align="aligncenter" width="379"]
Sungai Barumun[/caption]
Ratusan warga Dusun Harapan, Desa Tanjung Sarang Elang, Panai Hulu, Labuhanbatu, melakukan protes. Mereka khawatir, proyek pembangunan dermaga Sungai Barumun di kampung itu memberikan efek buruk bagi penduduk sekitar.
Sekedar untuk diketahui, proyek itu didanai dari APBN oleh Dishub Sumut dan dikerjakan kontraktor PT Hari dengan anggaran Rp5,8 miliar. Warga menilai pengerjaan proyek ini mulai dari pelaksanaan, hingga tahap akhir dilakukan asal-asalan.
Sebagai bentuk protes, di lokasi bangunan proyek itu ratusan warga melakukan aksi unjuk rasa, dengan membentang spanduk berisi seruan dan kecaman terhadap kontraktor pelaksana, yang dianggap setengah hati dalam mengerjakan proyek tersebut.
Ratusan warga Dusun Harapan, Desa Tanjung Sarang Elang, Panai Hulu, Labuhanbatu, melakukan protes. Mereka khawatir, proyek pembangunan dermaga Sungai Barumun di kampung itu memberikan efek buruk bagi penduduk sekitar.
Sekedar untuk diketahui, proyek itu didanai dari APBN oleh Dishub Sumut dan dikerjakan kontraktor PT Hari dengan anggaran Rp5,8 miliar. Warga menilai pengerjaan proyek ini mulai dari pelaksanaan, hingga tahap akhir dilakukan asal-asalan.
Sebagai bentuk protes, di lokasi bangunan proyek itu ratusan warga melakukan aksi unjuk rasa, dengan membentang spanduk berisi seruan dan kecaman terhadap kontraktor pelaksana, yang dianggap setengah hati dalam mengerjakan proyek tersebut.
Kepala Dusun Harapan Kemis yang turut dalam aksi mengaku menyesalkan ketidak seriusan pihak kontraktor dalam membangun proyek dermaga. Sebab menurutnya, selain tidak tepat sasaran, dalam pengerjaan proyek yang menggunakan uang rakyat itu juga dalam pelaksanaannya dinilai menyimpang karena diduga banyak ditemukan pengurangan volume.
“Kita bukannya tidak senang dengan program pemerintah dalam membangun dermaga ini. Namun harusnya pihak kontraktor sebagai pemenang tender serius mengerjakannya. Jangan asal jadi seperti ini. Baru hitungan hari selesai, sudah terlihat bangunan retak dan di saat air pasang. Harusnya, kontraktor jangan mengejar progres, dan mengesampingkan mutu. Jadinya begini, mubazir,” keluhnya.
Selain itu, Kemis mengaku khawatir dengan proyek dermaga yang dibangun tersebut akan terkesan sia-sia dan dikhawatirkan tidak berfungsi.
"Kami khawatir proyek ini tidak berfungsi sepeti proyek bangunan dermaga yang ada di Sei Piandang, dan Kampung Sipirok Desa Selat Besar. Jadi, aksi ini kami lakukan sebagai bentuk kekecewaan terhadap pihak pengawas dan perwakilan kontraktor yang sudah berulang kali kami tegur agar meterial bangunnannya diperbaiki namun tidak diperdulikan," ungkapnya.
Sementara itu, salah seorang perwakilan proyek mengaku tidak mengetahui jika proyek dermaga yang dibangun itu terkesan dikerjakan asal jadi. “Kami tidak tahu dan tidak mengerti Pak. Soalnya, PPK dan pengawas lagi di Medan,'' ucap Bayu salah satu supliyer pengadaan barang dalam proyek itu.
Informasi yang dihimpun dari sejumlah warga yang melakukan unjuk rasa, proyek tersebut diduga tidak menggunakan tapak kuda atau pondasi, hanya cerucuk sepanjang satu meter yang ditanam. Setelah itu, di pasang batu padas. Dan selanjutnya dipasang besi angkernya yang tidak sesuai ukurannya, sehingga hanya hitungan hari proyek bangunan tersebut sudah tampak jebol dan retak-retak. (bbs)
“Kita bukannya tidak senang dengan program pemerintah dalam membangun dermaga ini. Namun harusnya pihak kontraktor sebagai pemenang tender serius mengerjakannya. Jangan asal jadi seperti ini. Baru hitungan hari selesai, sudah terlihat bangunan retak dan di saat air pasang. Harusnya, kontraktor jangan mengejar progres, dan mengesampingkan mutu. Jadinya begini, mubazir,” keluhnya.
Selain itu, Kemis mengaku khawatir dengan proyek dermaga yang dibangun tersebut akan terkesan sia-sia dan dikhawatirkan tidak berfungsi.
"Kami khawatir proyek ini tidak berfungsi sepeti proyek bangunan dermaga yang ada di Sei Piandang, dan Kampung Sipirok Desa Selat Besar. Jadi, aksi ini kami lakukan sebagai bentuk kekecewaan terhadap pihak pengawas dan perwakilan kontraktor yang sudah berulang kali kami tegur agar meterial bangunnannya diperbaiki namun tidak diperdulikan," ungkapnya.
Sementara itu, salah seorang perwakilan proyek mengaku tidak mengetahui jika proyek dermaga yang dibangun itu terkesan dikerjakan asal jadi. “Kami tidak tahu dan tidak mengerti Pak. Soalnya, PPK dan pengawas lagi di Medan,'' ucap Bayu salah satu supliyer pengadaan barang dalam proyek itu.
Informasi yang dihimpun dari sejumlah warga yang melakukan unjuk rasa, proyek tersebut diduga tidak menggunakan tapak kuda atau pondasi, hanya cerucuk sepanjang satu meter yang ditanam. Setelah itu, di pasang batu padas. Dan selanjutnya dipasang besi angkernya yang tidak sesuai ukurannya, sehingga hanya hitungan hari proyek bangunan tersebut sudah tampak jebol dan retak-retak. (bbs)