Antivirus Smadav yang merupakan antivirus buatan Indonesia yang paling populer bukan hanya di Indonesia tetapi juga di beberapa negara ternyata diciptakan oleh Zainudin Nafarin, warga Banjar, Kalimantan Selatan.
Menurut Zainudin di Banjarmasin Rabu, terciptanya antivirus Smadav tersebut berawal dari hobinya untuk mengotak-atik komputer dan membuat program.
Dari hobi yang terus ditekuninya tersebut, akhrinya Nafarin (26) mendapatkan jalan untuk bisa membuat antivirus Smadav yang kini terus berkembang, dan telah dimanfaatkan oleh ribuan orang dari Indonesia bahkan beberapa negara di Asia maupun negara maju lainnya.
Berkat antivirus tersebut, kini Nafarin bisa menikmati hidupnya dengan lebih santai dan teratur, serta mendapatkan penghasilan yang cukup fantastis.
"Dalam satu bulan minimal omset saya mencapai Rp30 juta, jauh lebih besar dibandingkan waktu bekerja di beberapa perusahaan sebelumnya dengan pendapatan sekitar Rp5 juta per bulan," katanya.
Menurut dia, apa yang dia lakukan saat ini, diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi para generasi muda, yang kini hampir tidak lepas dari teknologi baik itu gedget maupun laptop.
Awalnya, tambah dia, seperti anak-anak muda umumnya, kegemarannya terhadap teknologi hanya dimanfaatkan untuk sesuatu yang konsumtif saja, tetapi lama-kelamaan setelah ditekuni ternyata hobinya tersebut mampu menghasilkan.
"Pada saat saya masih kuliah di UGM, melalui hobi saya ini, saya bekerja di beberapa perusahaan asing dan mendapatkan gaji Rp5 juta per bulan," katanya.
Namun karena kerjanya malam, dan sangat menyita waktu, tambah dia, akhirnya diputuskan untuk wiraswata dengan mengembangkan antivirus Smadav, dan hasilnya ternyata jauh lebih besar. (bbs)
"Dalam satu bulan minimal omset saya mencapai Rp30 juta, jauh lebih besar dibandingkan waktu bekerja di beberapa perusahaan sebelumnya dengan pendapatan sekitar Rp5 juta per bulan," katanya.
Menurut dia, apa yang dia lakukan saat ini, diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi para generasi muda, yang kini hampir tidak lepas dari teknologi baik itu gedget maupun laptop.
Awalnya, tambah dia, seperti anak-anak muda umumnya, kegemarannya terhadap teknologi hanya dimanfaatkan untuk sesuatu yang konsumtif saja, tetapi lama-kelamaan setelah ditekuni ternyata hobinya tersebut mampu menghasilkan.
"Pada saat saya masih kuliah di UGM, melalui hobi saya ini, saya bekerja di beberapa perusahaan asing dan mendapatkan gaji Rp5 juta per bulan," katanya.
Namun karena kerjanya malam, dan sangat menyita waktu, tambah dia, akhirnya diputuskan untuk wiraswata dengan mengembangkan antivirus Smadav, dan hasilnya ternyata jauh lebih besar. (bbs)