Sembilan anggota BPRPI (Badan Perjuangan Rakyat Penunggu Indonesia) menjadi korban lemparan batu, tembakan panah serta ketapel dari beberapa orang yang diduga preman suruhan, Kamis (13/11) pagi. Tak hanya itu, sekitar 50 lebih gubuk milik warga pun tak luput dari jamahan si jago merah serta tanaman dibabati pria yang diduga preman tersebut.
Tak terima, ke 9 korbannya, Alex Saputra (25) warga Dusun XX, Desa Sampali, Kec Percut Seituan, Rinal Novian, Awang, M Usman Khadafi, Hermansyah, Depriadi, Muhadi, Asnan dan seorang wanita, Sunarti pun melaporkan kejadian tersebut ke Polresta Medan yang tertuang dalam STTLP/3140/K/XI/2015/ SPKT Resta Medan.
Ketua BPRPI, Feri Pribadi alias Dede mengaku jika pihaknya memang sudah menduga jika bakal adanya serang susulan terkait permasalahnnya dengan pihak PTPN II.
"Kabarnya seminggu ini mereka (PTPN II) bakal menyerang kami terus, semalam awalnya. Dan saat kejadian tadi pagi, saya kebetulan masih dirumah," ucap Dede.
Dijelaskan Dede, jika dalam aksi penyerangan Kamis pagi, pihak PTPN II datang dengan lebih 100 orang yang terdiri dari Brimob, Security dan orang yang diduga preman suruhan dengan menumpangi 4 mobil truk Colt Diesel.
"Semalam kan posko kami dibakar, selanjutnya kami dirikan lagi. Dan pagi ini di posko ada 6 orang yang menjaga, tiba-tiba pihak PTPN II datang dan langsung menyerang anggota kami secara membabi buta," terang Dede.
Lanjut dikatakan Dede, jika pihaknya tak gentar dengan pihak PTPN II yang kian hari membawa massa lebih banyak.
Tak terima, ke 9 korbannya, Alex Saputra (25) warga Dusun XX, Desa Sampali, Kec Percut Seituan, Rinal Novian, Awang, M Usman Khadafi, Hermansyah, Depriadi, Muhadi, Asnan dan seorang wanita, Sunarti pun melaporkan kejadian tersebut ke Polresta Medan yang tertuang dalam STTLP/3140/K/XI/2015/ SPKT Resta Medan.
Ketua BPRPI, Feri Pribadi alias Dede mengaku jika pihaknya memang sudah menduga jika bakal adanya serang susulan terkait permasalahnnya dengan pihak PTPN II.
"Kabarnya seminggu ini mereka (PTPN II) bakal menyerang kami terus, semalam awalnya. Dan saat kejadian tadi pagi, saya kebetulan masih dirumah," ucap Dede.
Dijelaskan Dede, jika dalam aksi penyerangan Kamis pagi, pihak PTPN II datang dengan lebih 100 orang yang terdiri dari Brimob, Security dan orang yang diduga preman suruhan dengan menumpangi 4 mobil truk Colt Diesel.
"Semalam kan posko kami dibakar, selanjutnya kami dirikan lagi. Dan pagi ini di posko ada 6 orang yang menjaga, tiba-tiba pihak PTPN II datang dan langsung menyerang anggota kami secara membabi buta," terang Dede.
Lanjut dikatakan Dede, jika pihaknya tak gentar dengan pihak PTPN II yang kian hari membawa massa lebih banyak.
"Yang kami pertahankan tanah Ulayat. Dan yang melakukan penyerangan pertama kali pihak PTPN II terhadap anggota kami. Kami cuma bisa melawan apa, mereka memiliki senjata seperti balok, kayu, panah serta ketapel, sementara kami hanya bisa melemparkan batu ke arah mereka," tandas Dede.
Sementara Depriadi yang saat kejadian berada di posko bercerita jika semua orang yang datang bersama pihak PTPN II, langsung menangkap ke 6 orang yang berada di posko dan melakukan pemukulan.
"Kami semua yang ada di posko dipukuli. Dan posko kami dihancurkan menggunakan balok serta dibakar. Beruntung la kami masih bisa menyelamatkan diri," ucap Depriadi.
Dijelaskan pria beranak 4 ini, usai berhasil kabur, dirinya bersama rekan lainnya pun memanggil rekannya yang lain.
"Saat kami mendatangi pihak PTPN II lagi, semua gubuk yang berada di pertengahan sawah sudah dibakar dan tanaman sudah dibabat pihak PTPN II," jelas Depriadi.
Lantaran tak terima, Depriadi bersama rekannya yang lain pun melakukan perlawan terhadap pihak PTPN II dengan melempari batu.
"Kami hanya sekitar 20 orang, mereka (Pihakn PTPN II) lebih dari 100 orang. Jarak kami saling lempar pun hanya berjarak 30 meter. Makanya kening saya bocor terkena ketapel para pihak PTPN II," tandas pria yang mengaku sejak lahir sudah berada di Sampali.
Senada dengan Depriadi, Muhadi juga mengaku jika pihak PTPN II sangat ramai saat menyerang posko penjagaan.
"Iya rame kali bang, sampai bibir aku pun pecah kena ketapel yang berisikan guli besar dan kecil itu," katanya di Mapolresta Medan.(mar)
Sementara Depriadi yang saat kejadian berada di posko bercerita jika semua orang yang datang bersama pihak PTPN II, langsung menangkap ke 6 orang yang berada di posko dan melakukan pemukulan.
"Kami semua yang ada di posko dipukuli. Dan posko kami dihancurkan menggunakan balok serta dibakar. Beruntung la kami masih bisa menyelamatkan diri," ucap Depriadi.
Dijelaskan pria beranak 4 ini, usai berhasil kabur, dirinya bersama rekan lainnya pun memanggil rekannya yang lain.
"Saat kami mendatangi pihak PTPN II lagi, semua gubuk yang berada di pertengahan sawah sudah dibakar dan tanaman sudah dibabat pihak PTPN II," jelas Depriadi.
Lantaran tak terima, Depriadi bersama rekannya yang lain pun melakukan perlawan terhadap pihak PTPN II dengan melempari batu.
"Kami hanya sekitar 20 orang, mereka (Pihakn PTPN II) lebih dari 100 orang. Jarak kami saling lempar pun hanya berjarak 30 meter. Makanya kening saya bocor terkena ketapel para pihak PTPN II," tandas pria yang mengaku sejak lahir sudah berada di Sampali.
Senada dengan Depriadi, Muhadi juga mengaku jika pihak PTPN II sangat ramai saat menyerang posko penjagaan.
"Iya rame kali bang, sampai bibir aku pun pecah kena ketapel yang berisikan guli besar dan kecil itu," katanya di Mapolresta Medan.(mar)