Menelusuri Proyek ‘Abadi’ Bendungan Sei Lepan
[caption id="attachment_43976" align="aligncenter" width="500"]
Banjir yang dialami warga Desa Harapan Baru lantaran air Sungai Sei Lepan meluap hingga ke perkampungan.[/caption]
Ratusan KK di 4 dusun di Desa Harapan Baru, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, benar-benar meradang. Mereka yang sebelumnya tenang dan tentram, kini hidup dengan was-was. Sebab, sewaktu-waktu perkampungan di sana terancam rata disapu banjir ‘ciptaan’ akibat proyek bendungan.
Mengingat persoalan banjir sedang hangat-hangatnya menjadi bahasan dari daerah hingga nasional, tim Metro Online (MOL) yang mendapat informasi ini, langsung terjun ke lokasi yang berjarak lebih kurang 50 km dari Ibukota Kabupaten Langkat, Stabat, Kamis (26/11/2015). Bendungan raksasa yang menghempang debit air Sungai Sei Lepan itu akhirnya didapati setelah melintasi jalan berliku yang cuma bisa dilintasi satu mobil saja.
Setiba di bendungan, tampak belasan pekerja bangunan sedang melakukan pekerjaan. Selain melanjutkan proyek raksasa multi years itu, mereka juga terlihat sibuk mengerjakan tembok benteng yang roboh akibat diterjang air.
Hasil pantauan tim, air bendungan itu memang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Di mana air yang mengalir, tidak bisa memasuki pintu-pintu air yang dibuat. Tetapi menumpuk di inti waduk hingga merusak dinding-dinding bangunan yang mengalami retak dan rontok di sejumlah titik itu.
Menumpuknya air di waduk inilah yang juga meresahkan warga di sejumlah dusun di Desa Harapan Baru, yang berada di atas atau hulu sungai, termasuk yang berada di perbukitan. Air yang tadinya hanya sebatas bibir sungai, kini sudah meluap hingga memasuki persawahan, perkebunan hingga perumahan warga.
[caption id="attachment_43977" align="aligncenter" width="500"]
Bendungan Sei Lepan yang tak berfungsi sebagaimana diharapkan[/caption]
Tim pun kembali melakukan perjalanan ke perkampungan arah hulu sungai. Namun kali ini, tidak bisa dilanjukan dengan mobil lantaran jalan di sana rusak parah akibat proyek pengerukan bukit-bukit di sekitar. “Dikorek Pak pakai beko. Tanah dari sini yang dipakai untuk membentengi bendungan itu,” ujar sejumlah warga yang kemudian memberikan tumpangan sepeda motor mereka kepada tim agar bisa melangkah ke dusun yang hendak dituju.
Berkisar 3 km melintasi jalan berkelok-kelok, berkubang dan berlumpur, tim akhirnya tiba di Dusun IV Kesatuan, Desa Harapan Baru. “Sejak proyek bendungan ini, sudah banyak warga jadi korban, pak. Ada yang jatuh kecelakaan gara-gara jalan lincin berlumpur, anak-anak sekolah jadi susah pergi dan pulang sekolah. Makanya warga sudah ada beberapa kali berunjuk rasa. Tapi nggak ada tanggapan. Begini-begini saja,” kata mereka yang memberikan tumpangan sepeda motor tadi.
Tepat di lokasi Lubuk Simbolon, tim berhasil menemui sejumlah warga yang paling merasa mendapat dampak buruk dari keberadaan bendungan itu. Ada petani, ada pengelola kolam pemandingan air panas, dan masih banyak lagi.
Bagaimana keluhan mereka yang tak pernah didengarkan oleh aparatur setempat dan Pemkab Langkat itu? Ikuti terus edisi lanjutan perjalanan tim menelusuri Proyek ‘Abadi’ Bendungan Sei Lepan.(js/bersambung)
[caption id="attachment_43976" align="aligncenter" width="500"]
Ratusan KK di 4 dusun di Desa Harapan Baru, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, benar-benar meradang. Mereka yang sebelumnya tenang dan tentram, kini hidup dengan was-was. Sebab, sewaktu-waktu perkampungan di sana terancam rata disapu banjir ‘ciptaan’ akibat proyek bendungan.
Mengingat persoalan banjir sedang hangat-hangatnya menjadi bahasan dari daerah hingga nasional, tim Metro Online (MOL) yang mendapat informasi ini, langsung terjun ke lokasi yang berjarak lebih kurang 50 km dari Ibukota Kabupaten Langkat, Stabat, Kamis (26/11/2015). Bendungan raksasa yang menghempang debit air Sungai Sei Lepan itu akhirnya didapati setelah melintasi jalan berliku yang cuma bisa dilintasi satu mobil saja.
Setiba di bendungan, tampak belasan pekerja bangunan sedang melakukan pekerjaan. Selain melanjutkan proyek raksasa multi years itu, mereka juga terlihat sibuk mengerjakan tembok benteng yang roboh akibat diterjang air.
Hasil pantauan tim, air bendungan itu memang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Di mana air yang mengalir, tidak bisa memasuki pintu-pintu air yang dibuat. Tetapi menumpuk di inti waduk hingga merusak dinding-dinding bangunan yang mengalami retak dan rontok di sejumlah titik itu.
Menumpuknya air di waduk inilah yang juga meresahkan warga di sejumlah dusun di Desa Harapan Baru, yang berada di atas atau hulu sungai, termasuk yang berada di perbukitan. Air yang tadinya hanya sebatas bibir sungai, kini sudah meluap hingga memasuki persawahan, perkebunan hingga perumahan warga.
[caption id="attachment_43977" align="aligncenter" width="500"]
Tim pun kembali melakukan perjalanan ke perkampungan arah hulu sungai. Namun kali ini, tidak bisa dilanjukan dengan mobil lantaran jalan di sana rusak parah akibat proyek pengerukan bukit-bukit di sekitar. “Dikorek Pak pakai beko. Tanah dari sini yang dipakai untuk membentengi bendungan itu,” ujar sejumlah warga yang kemudian memberikan tumpangan sepeda motor mereka kepada tim agar bisa melangkah ke dusun yang hendak dituju.
Berkisar 3 km melintasi jalan berkelok-kelok, berkubang dan berlumpur, tim akhirnya tiba di Dusun IV Kesatuan, Desa Harapan Baru. “Sejak proyek bendungan ini, sudah banyak warga jadi korban, pak. Ada yang jatuh kecelakaan gara-gara jalan lincin berlumpur, anak-anak sekolah jadi susah pergi dan pulang sekolah. Makanya warga sudah ada beberapa kali berunjuk rasa. Tapi nggak ada tanggapan. Begini-begini saja,” kata mereka yang memberikan tumpangan sepeda motor tadi.
Tepat di lokasi Lubuk Simbolon, tim berhasil menemui sejumlah warga yang paling merasa mendapat dampak buruk dari keberadaan bendungan itu. Ada petani, ada pengelola kolam pemandingan air panas, dan masih banyak lagi.
Bagaimana keluhan mereka yang tak pernah didengarkan oleh aparatur setempat dan Pemkab Langkat itu? Ikuti terus edisi lanjutan perjalanan tim menelusuri Proyek ‘Abadi’ Bendungan Sei Lepan.(js/bersambung)
