Puluhan Warga Menangis di Gedung DPRD Deliserdang, Ini Sebabnya...

Sebarkan:
FB_IMG_1450446728341

Dengan menumpang angkot, puluhan warga Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal mendatangi gedung DPRD Deliserdang pada Jumat (18/12) sore. Kedatangan puluhan warga ini menuntut agar pengorekan parit dan penembokkan jalan yang dilakukan pengusaha di desa mereka segera dihentikan.

Kedatangan puluhan warga ini pun diterima oleh Tolopan Silitonga, Apoan Simanungkalit, Iman Hidayat, Kuzu Serasi Wilson Tarigan, dan Said Hadi di ruang rapat Komisi B DPRD Deliserdang.

Pertemuan ini hanya dihadiri perwakilan Dinas Cipta Karya Deliserdang, Bapedalda Deliserdang, Sat Pol PP Deliserdang serta perwakilan Camat Sunggal. Dalam pertemuan ini secara bergantian warga menyampaikan keluhan mereka.

B Silalahi (32) bapak beranak 1 yang sudah tinggal puluhan tahun di sekitar lokasi menjelaskan, pengorekan parit dilakukan oleh salah seorang pengusaha yang dikenal warga sebagai Abun di Dusun IV Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal.

Menurut B Silalahi jika parit digali sedalam sekira 2 meter dengan lebar sekira 3,5 meter yang mengelilingi lahan seluas 1 Ha yang sudah dibeli Abun sejak 2 tahun terakhir.

Akibat pengorekan ini, dijelaskan oleh B Silalahi, sudah mengakibatkan tewasnya 3 anak karena tenggelam di lokasi pengorekan parit yang sudah digenagi air.

"Sudah ada 3 orang anak-anak yang tenggelam di parit yang sudah digenangi air tersebut. pengorekan paritnya dilakukan oleh pengusaha bernama Abun. Akibat pengorekan tersebut setiap hujan turun selalu banjir,” tegasnya.
Selain melakukan pengorekan parit, lanjut B Silalahi, Abun juga melakukan penembokkan jalan di Gang Sepakat Dusun X Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal sejak 2 bulan terakhir.

Akibatnya warga tidak bisa melintas lagi. Padahal jalan yang ditembok ini sering dilalui warga sekitar untuk bekerja, beribadah mau pun anak – anak untuk bersekolah.

"Jalannya ditembok sejak dua bulan yang lalu. Tidak ada sosialisasi tapi anehnya camat sudah mengeluarkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB ),” ujarnya.

Menurutnya jalan yang ditembok ini sejak tahun 1992 lalu sudah resmi menjadi jalan. "Sejak tahun 1992 lalu jalan yang ditembok ini sudah resmi menjadi jalan. Akibat penembokkan jalan ini sebanyak 120 kepala keluarga terisolasi. Kami sudah menyurati pihak desa, kecamatan hingga Bupati tapi sampai saat ini belum ada tanggapan. Kami juga sudah pernah demo tapi tidak digubris,” tegasnya.

B.Silalahi juga menjelaskan jika alasan Abun menembok jalan tersebut karena Abun sudah membeli tanah tersebut. "Alasan ditembok karena tanahnya sudah dibeli, ada terror ke warga dari pengusaha jika tetap menuntut agar pengorekan dihentikan dan jalan kembali dibuka maka akan diculik,” jelasnya.

Sementara itu salah serorang warga yang merupakan ibu dari Samuel Marcello Sianipar yang merupakan salah seorang anak yang tenggelam mengaku bahwa Marcello yang merupakan putra tunggalnya tenggelam pada bulan Agustus tahun 2014 lalu dilokasi parit yang sudah digenangi air.

"Tiga hari setelah anakku meninggal, aku mendatangi Polsek Sunggal untuk melapor tapi aku malah disuruh pulang karena aku menangis saat akan melapor. Aku masih sedih apalagi melihat galian parit. sampai sekarang tidak ada pemberitahuan dari Polsek Sunggal kepada kami. Tolong ditutup paritnya pak sebelum ada korban,” lirih seorang ibu sambil menitihkan air mata.

Selanjutnya baca Tanggapan Dewan terkait kasus ini. (Walsa)

 
Sebarkan:

Baca Lainnya

Komentar