Dua pria yang mengaku anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang mendatangi Kantor Kesbanglinmas Deliserdang di Jalan Mawar No 4 Kompleks Perkantoran Bupati Deliserdang itu, pada Kamis (14/1) tidak bersedia mengungkapkan identitasnya.
Saat dihampiri usai menemui staf Bidang Hubungan Antar Lembaga Kesbanglinmas Deliserdang Nora Leli Rita Lumbanggaol, keduanya mengakui jika masuk menjadi anggota Gafatar pada akhir tahun 2014. Keduanya pun masuk ke Gafatar karena ajakan teman –temannya. "Awal bergabung pada tahun 2012 lalu , masuk Gafatar karena ajakan teman-teman,” tegas keduanya.
Menurut salah seorang pria yang mengenakan kemeja batik jika awalnya mereka tertarik melihat aksi sosial yang dilakukan Gafatar seperti gotong royong , menanam pohon, donor darah dan kegiatan sosial lainnya. Selain itu Gafatar juga tidak membeda-bedakan agama.
"Awalnya tertarik melihat aksi sosial yang dilakukan Gafatar seperti gotong royong , menanam pohon , audiensi. Selain itu Gafatar berdasarkan Pancasila dan bertujuan membangun anak bangsa “ tegas pria yang meneganakan kemeja batik ini.
Saat mendaftara menjadi anggota Gafatar , keduanya diminta mengisa biodata. "Saat kami mendaftar kantornya masih di Jalan Pembangunan , Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam , ketuanya Sutrisno warga Galang yang merupakan guru di SMA Negri 1 Galang. Dalam Gafatar ada bidang-bidangnya , kegiatannya lebih pokok kegiatan sosial dan tidak ada kegiatan keagamaan ,” jelasnya yang dibenarkan temannya.
Keduanya pun mengaku sejak pertengahan tahun 2013 mereka sudah keluar dari keanggotaan Gafatar. Menurut keduanya alasan mereka keluar adalah karena padatnya kegiatan sosial yang dilakukan Gafatar.
"Pertengahan tahun 2013 kami keluar , kami langsung mmebuat surat pengunduran langsung ke Sutrisno ketua Gafatar. Kami kleuar karena tidak tahan dengan padatnya kegiatan sosial Gafatar , kami juga harus bekerja untuk menghidupi keluarga kami. Kalau anggaran kegiatan sosialnya , kami dikutip iuran secara sukarela per bulannya ,”terang keduanya.
Ditanya apa tujuan mereka datang ke Kantor Kesbanglinmas , keduanya mengakui jika kadatangan mereka untuk menjelaskan jika mereka sudah keluar dari Gafatar . "Kami kesini menjelaskan jika kami sudah keluar dari Gafatar , kami kaget dengan hebohnya pemberitaan Gafatar jadi kami bukan orang hilang. Kita merasa resah karena kita juga ada keluarga , setelah keluar dari Gafatar kami tidak mau tahu lagi dengan Gafatar ,” jelas keduanya.
Namun sat ditanya identitas mereka kedua pria ini tidak bersedia begitu juga saat diminta untuk difoto keduanya juga tidak bersedia. (walsa)
Saat mendaftara menjadi anggota Gafatar , keduanya diminta mengisa biodata. "Saat kami mendaftar kantornya masih di Jalan Pembangunan , Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam , ketuanya Sutrisno warga Galang yang merupakan guru di SMA Negri 1 Galang. Dalam Gafatar ada bidang-bidangnya , kegiatannya lebih pokok kegiatan sosial dan tidak ada kegiatan keagamaan ,” jelasnya yang dibenarkan temannya.
Keduanya pun mengaku sejak pertengahan tahun 2013 mereka sudah keluar dari keanggotaan Gafatar. Menurut keduanya alasan mereka keluar adalah karena padatnya kegiatan sosial yang dilakukan Gafatar.
"Pertengahan tahun 2013 kami keluar , kami langsung mmebuat surat pengunduran langsung ke Sutrisno ketua Gafatar. Kami kleuar karena tidak tahan dengan padatnya kegiatan sosial Gafatar , kami juga harus bekerja untuk menghidupi keluarga kami. Kalau anggaran kegiatan sosialnya , kami dikutip iuran secara sukarela per bulannya ,”terang keduanya.
Ditanya apa tujuan mereka datang ke Kantor Kesbanglinmas , keduanya mengakui jika kadatangan mereka untuk menjelaskan jika mereka sudah keluar dari Gafatar . "Kami kesini menjelaskan jika kami sudah keluar dari Gafatar , kami kaget dengan hebohnya pemberitaan Gafatar jadi kami bukan orang hilang. Kita merasa resah karena kita juga ada keluarga , setelah keluar dari Gafatar kami tidak mau tahu lagi dengan Gafatar ,” jelas keduanya.
Namun sat ditanya identitas mereka kedua pria ini tidak bersedia begitu juga saat diminta untuk difoto keduanya juga tidak bersedia. (walsa)