Warga di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara kini tak perlu resah lagi dengan kelangkaan gas elpiji Pertamina.
Pasalnya, mereka kini sudah menggunakan gas sendiri yang terbuat dari kotoran sapi.
Mungkin sebagian dari kita telah mengerti dan faham apa itu biogas. Namun tak banyak orang yang telah mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Adalah warga Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langat, Sumaetra Utara yang telah mengguanakan biogas sebagai pengganti gas elpiji Pertamina.
Biogas warga Desa Selotong berasal dari kotoran sapi. Salah satu warga yang setahun terkahir sudah menggunakan bios gas dari kotoran sapi adalah Hariadi.
Berawal saat kelangkaan gas elpiji yang sering terjadi, ia pun mencoba membuat biogas dari kotoran sapi.
Bermodalkan 12 ekor sapi yang ia miliki, Hariadi dan tetangganya mencoba membuat bak penampungan kotoran sapi, tangki pengendapan, dan peralatan pendukung lainnya.
Kotoran sapi ia kumpulkan dalam bak penampungan kemudian dicampur dengan air dengan perbandingan satu banding satu, lalu diaduk hingga menjadi bubur.
Setelah itu barulah kotoran sapi diendapkan dalam tangki kedap udara selama 21 hari. Kotoran sapi dapat diisi setiap hari setelah 21 hari pengendapan agar gas terus dihasilkan.

Setelah 21 hari, biogas sudah terbentuk dan dapat disalurkan ke kompor gas untuk digunakan memasak.
Tidak ada perbedaan antara gas elpiji yang dihasilkan Pertamina dengan biogas hasil endapan kotoran sapi ini. 12 ekor sapi ini bisa menghasilkan biogas untuk empat rumah tangga.
Menurut Hariadi, ia kini tak perlu lagi was-was dengan langka atau mahalnya gas elpiji Pertamina.
"Sekarang kami santai saja, kalau elpiji langka dipasaran, itu tak berpengaruh kepada kami dan kami tetap bisa memasak," ujarnya, Rabu (27/1/16).
Dikatakannya, jika ada warga yang ingin menggunakan gas dari kotoran sapi tersebut, dirinya siap membantu dan membuatkan lokasinya dan persiapan alat-alat gas.
"Kalau warga ada yang mau buat gini, kita siap kok membantunya, jadi warga jangan sungkan-sungkan bila ingin membuat seperti ini," ungkapnya.(hendra)
Setelah itu barulah kotoran sapi diendapkan dalam tangki kedap udara selama 21 hari. Kotoran sapi dapat diisi setiap hari setelah 21 hari pengendapan agar gas terus dihasilkan.
Setelah 21 hari, biogas sudah terbentuk dan dapat disalurkan ke kompor gas untuk digunakan memasak.
Tidak ada perbedaan antara gas elpiji yang dihasilkan Pertamina dengan biogas hasil endapan kotoran sapi ini. 12 ekor sapi ini bisa menghasilkan biogas untuk empat rumah tangga.
Menurut Hariadi, ia kini tak perlu lagi was-was dengan langka atau mahalnya gas elpiji Pertamina.
"Sekarang kami santai saja, kalau elpiji langka dipasaran, itu tak berpengaruh kepada kami dan kami tetap bisa memasak," ujarnya, Rabu (27/1/16).
Dikatakannya, jika ada warga yang ingin menggunakan gas dari kotoran sapi tersebut, dirinya siap membantu dan membuatkan lokasinya dan persiapan alat-alat gas.
"Kalau warga ada yang mau buat gini, kita siap kok membantunya, jadi warga jangan sungkan-sungkan bila ingin membuat seperti ini," ungkapnya.(hendra)