Paradigma tentang perayaan tahun baru Cina (Tiongkok) atau Imlek masih melekat dengan perayaan agama Buddha dan Konghucu. Padahal, Imlek sendiri bisa dirayakan semua agama. Imlek adalah tradisi atau perayaan hari besar Negara Cina (sekarang Tiongkok) yang jatuh pada tanggal 1 bulan 1 kalender Lunar saat pergantian musim dingin ke musim semi.
Pada Tahun Baru Imlek warga etnis Tionghoa di Indonesia merayakannya dengan cara berkumpul keluarga dan berkunjung ke rumah kerabat untuk menjalin silahturahim.
Pada umumnya, etnis Tionghoa juga merayakan Imlek dengan berdoa di tempat Ibadah.
Di Indonesia, masih banyak yang memahami perayaan Imlek adalah perayaan agama. Padahal Imlek lebih condong bagi etnis Tionghoa tanpa memandang agama.
Ketua Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Kota Medan, Ir.Sutopo menjelaskan tradisi Imlek dari sisi Agama. Dia memberikan contoh perayaan Imlek dari sisi Agama di Tiongkok dan Indonesia.
"Di Republik Rakyat Tiongkok (China), mayoritas penduduknya beragama Kristen, tapi mereka semua merayakan Imlek, karena itu adalah hari besar Negara mereka. Sedangkan di Indonesia, pemeluk terbesar agama Buddha adalah dari suku Jawa, tapi belum tentu mereka merayakan Imlek," ujar Sutopo.
Ia menjelaskan, bagi Agama Buddha hari raya adalah Waisak. Walau demikian, Sutopo tidak memungkiri bahwa tradisi Imlek melekat dengan agama Buddha. Sehingga wajar jika orang menganggap Imlek merupakan hari besar agama Buddha.
"Kita jangan terjebak pada pemikiran sempit tentang perayaan Imlek. Agama apa pun bisa merayakan Imlek, biasanya yang merayakannya suku Tionghoa, tapi tidak ada batasan. Suku lain juga bisa merayakan karena Imlek ini sudah menjadi perayaan international," Tandas Sutopo.(snd)
