Warga dan Pedagang Dukung Revitalisasi Pasar Tikung, Asal...

Sebarkan:
FB_IMG_1455808132646

 

Rencana revitalisasi Pasar Titi Kuning (Pasar Tikung) mendapat dukungan dari warga yang bermukim di Jl Brigjend Zein Hamid, Jl. Karya Jaya dan warga sekitar Pasar Tikung.

"Hanya saja kami memang sangat berharap agar parkir bisa lebih tertata dengan baik," sebut Vita, warga Jl. Brigjend Zein Hamid yang sudah puluhan tahun menjadi pelanggan pasar tradisional di Titi Kuning tersebut, Kamis (18/02/2016).

Kondisi sekarang, kata Vita, jalan masuk ke pasar Tikung seperti jalan setapak yang sangat sempit. Hanya bisa dilalui satu mobil, tidak bisa berselisih. Apalagi kalau sudah berselisihan dengan becak, menyenggol pula, urusan pun jadi runyam. Vita juga mengakui mobilnya pernah digores orang tidak di kenal saat parkir di Pasar Tikung.

"Mobil pun susah masuk. Sedangkan sepeda motor sering harus mengalah dengan becak. Jadi sudah saatnya Pasar Inpres Titi Kuning ini diremajakan menjadi pasar tradisional yang lebih modern dengan area parkir yang luas," kata Vita.

Rohani, warga Jl. Berlian Sari Gg Baru yang ditemui saat sedang berbelanja mengaku senang berbelanja di Pasar Tikung karena bersih dan tidak becek.
"Tapi susahnya ya parkir itu. Saya setiap hari berbelanja ke Pasar Tikung naik sepeda motor, tapi akhir-akhir ini jadi malas. Karena sering tidak dapat parkir. Apalagi jalan masuk ke Pasar Tikung di sisi kiri dan kanan banyak becak parkir menunggu penumpang. Alhasil jalan menuju pasar menjadi semakin sempit," kata Rohani.

Selain itu, lanjut Rohani, harusnya ada pemisahan antara tukang daging dengan kios baju.

"Sekarang ini dagangan basah seperti daging, ikan dan ikan asin bercampur dengan dagangan kain, dan sembako. Kita pun jadi susah juga berbelanja," ucapnya.

Sementara itu sejumlah pedagang mengakui rencana revitalisasi Pasar Tikung pertamanya mendapat reaksi pro dan kontra.

"Ada yang tidak setuju, tapi banyak juga yang setuju. Apalagi hak pedagang di sini hanya hak pakai. Sedangkan lahannya aset milik PD Pasar. Kita mendukung saja revitalisasi Pasar Tikung asal pasarnya bisa jadi lebih ramai. Dan jangan ada pedagang kaki lima (PKL), bisa mati usaha kami nanti," kata Hamim, pedagang sembako yang sudah 8 tahun berjualan di Pasar Tikung.

"Untuk kios yang saya tempati ini ada dua kios, jadi saya harus membayar Rp 12 juta untuk dua kios. Saya inginnya pasar ini ramai. Kondisi sekarang ramainya hanya hari Sabtu dan Minggu. Kalau Hari Besar hanya saat Hari Raya Idul Fitri dan Imlek saja yang ramai. Engga apa kita tambah duit agar kios bagus asalkan kita tetap bisa berdagang di bawah," ucapnya.

Hamim menyebutkan pada hari biasa terkadang ramai, namun sering juga sepi. Jualannya juga hanya sampai jam 12 siang, kemudian sepi lagi.
"Biasanya jam 8 pagi ramai, tetapi bisa juga jam 11 yang ramai. Engga tentu lah," katanya lagi.

Delima, Pekerja Harian Lepas (PHL) PD Pasar yang juga punya lapak meja di Pasar Tikung juga mengutarakan pendapatnya.

"Harga meja ini katanya Rp 3 juta. Saya pikir biar sajalah dibangun, supaya pasar ini semakin ramai pembeli. Sekarang ini pendapatan kami hanya pas-pasan saja. Hanya cukup untuk beli dua kilo beras," ujar Delima yang anaknya juga bekerja sebagai tukang angkut sampah di Pasar Tikung.

Di sini memang bersih, kata Delima, tapi katanya pasarnya sempit. Kalau memang mau direvitalisasi, ia berharap pedagang-pedagang lama yang punya kios di sini maupun yang menyewa bisa tetap tertampung. Menurutnya, kalau ada penzoningan lebih baik lagi agar tidak bercampur seperti sekarang.

"Jangan lah pula kami disuruh pindah ke lantai dua. Kalau bisa tetap saja di lantai satu," kata Delima yang sehari-harinya berdagang sayur mayur.(snd)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini