BPJS Kesehatan Cabang Lubuk Pakam tidak bersedia menanggung biaya perawatan Fikri Sandi bayi laki – laki pasangan Suardi (45) yang bekerja sebagai kuli bangunan dan istrinya Warsini (40) warga Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam yang lahir di RS Grand Medistra Lubuk Pakam pada Minggu (7/2) siang lalu.
Hingga kini kondisinya masih kritis dan menjalani perawatan di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RS Grand Medistra Lubuk Pakam.
Bahkan pihak BPJS Kesehatan Cabang Lubuk Pakam menyalahkan orangtua Fikri Sandi yang tidak dapat melengkapi berkas untuk mengurus kepersertaan sesuai waktu yang ditentukan yakni 3x 24 jam.
Humas BPJS Kesehatan Cabang Lubukpakam, Ikhwal Maulana mengungkapkan jika Kartu BPJS Kesehatan milik Fikri Sandi telah aktif per tanggal 15 Februari 2016 lalu. Disoal tak dapat menanggung biaya, Ikhwal, beralasan jika hal itu terjadi karena kesalahan orangtua yang mengurus Kartu BPJS anaknya Fikri Sandi.
Hingga kini kondisinya masih kritis dan menjalani perawatan di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RS Grand Medistra Lubuk Pakam.
Bahkan pihak BPJS Kesehatan Cabang Lubuk Pakam menyalahkan orangtua Fikri Sandi yang tidak dapat melengkapi berkas untuk mengurus kepersertaan sesuai waktu yang ditentukan yakni 3x 24 jam.
Humas BPJS Kesehatan Cabang Lubukpakam, Ikhwal Maulana mengungkapkan jika Kartu BPJS Kesehatan milik Fikri Sandi telah aktif per tanggal 15 Februari 2016 lalu. Disoal tak dapat menanggung biaya, Ikhwal, beralasan jika hal itu terjadi karena kesalahan orangtua yang mengurus Kartu BPJS anaknya Fikri Sandi.
Dirinya juga menjelaskan jika Kartu BPJS Kesehatan milik Fikri Sandi telah otomatis langsung aktif , tidak harus menunggu hingga dua pekan. "Permasalahannya karena bapaknya terlambat lengkapi berkas untuk pengurusan kartu kepersertaan. Dikasih batas waktu tiga hari, tapi tidak bisa melengkapi. Sekarang anak itu tidak bisa ditanggung BPJS karena memang sudah masuk dalam satu periode pelayanan. Kecuali, setelah sembuh dan pulang ke rumah. Tapi tidak lama kemudian masuk rumah sakit, itu baru bisa ditanggung. Itupun asal bisa dalam waktu kurang dari tiga hari tunjukkan kartu BPJS-nya,”tegasnya.
Sebelumnya Suardi ayah dari Fikri Sandi menjelaskan jika pihak BPJS Kesehatan Lubuk Pakam mempermasalahkan rekening listrik yang tidak sesuai dengan namanya karena rumah yang mereka tempati adalah rumah warisan kakeknya.
Suardi pun terpaksa mengurus surat ahli waris dan surat kematian ke kantor desa. Selain itu dirinya juga diminta pihak rumah sakit untuk mengurus surat keterangan tidak mampu dari Camat dan Dinas Sosial Deliserdang.
"Waktunya habis untuk mengurus surat – surat dari desa , camat , dan Dinas Sosial Deliserdang. Dari mana aku dapat uang sebanyak itu untuk membayar biaya rumah sakit , aku hanya kernet bangunan. Anakku sampai sekarang masih dirawat di ruang NICU karena sesak nafas,” terangnya.
Dirinya pun mengaku kecewa dengan sulitdan rumitnya pengurusan kartu BPJS Kesehatan Lubuk Pakam.
"Kecewa dengan sulitnya pengurusan Kartu BPJS Kesehatan , anakku akan dirujuk ke RSUD Deliserdang atau kerumah sakit lainnya agar kartu BPJS Kesehatan anakku berlaku. Aku sudah bayar Rp 10 juta,” ujarnya. (Walsa)
Sebelumnya Suardi ayah dari Fikri Sandi menjelaskan jika pihak BPJS Kesehatan Lubuk Pakam mempermasalahkan rekening listrik yang tidak sesuai dengan namanya karena rumah yang mereka tempati adalah rumah warisan kakeknya.
Suardi pun terpaksa mengurus surat ahli waris dan surat kematian ke kantor desa. Selain itu dirinya juga diminta pihak rumah sakit untuk mengurus surat keterangan tidak mampu dari Camat dan Dinas Sosial Deliserdang.
"Waktunya habis untuk mengurus surat – surat dari desa , camat , dan Dinas Sosial Deliserdang. Dari mana aku dapat uang sebanyak itu untuk membayar biaya rumah sakit , aku hanya kernet bangunan. Anakku sampai sekarang masih dirawat di ruang NICU karena sesak nafas,” terangnya.
Dirinya pun mengaku kecewa dengan sulitdan rumitnya pengurusan kartu BPJS Kesehatan Lubuk Pakam.
"Kecewa dengan sulitnya pengurusan Kartu BPJS Kesehatan , anakku akan dirujuk ke RSUD Deliserdang atau kerumah sakit lainnya agar kartu BPJS Kesehatan anakku berlaku. Aku sudah bayar Rp 10 juta,” ujarnya. (Walsa)