Tidak Gubris Penataan Pihak Kecamatan
[caption id="attachment_48791" align="aligncenter" width="322"]
Suasana penginapan di bandar baru[/caption]
Desa Bandar Baru, Kecamatan Sibolangit menjadi lahan prostitusi bukan rahasia lagi. Pihak Kecamatan Sibolangit pun sudah melakukan penataan, namun usaha ini tidak digubris oleh para pengusaha penginapan sehingga sudah seharusnya lokalisasi itu ditutup.
Camat Sibolangit Amos Karokaro pada Senin (7/3) mengugkapkan, pihaknya sudah melakukan pendekatan dan penyuluhan secara terus menerus namun hal itu tidak membuahkan hasil signifikan.
[caption id="attachment_48791" align="aligncenter" width="322"]
Desa Bandar Baru, Kecamatan Sibolangit menjadi lahan prostitusi bukan rahasia lagi. Pihak Kecamatan Sibolangit pun sudah melakukan penataan, namun usaha ini tidak digubris oleh para pengusaha penginapan sehingga sudah seharusnya lokalisasi itu ditutup.
Camat Sibolangit Amos Karokaro pada Senin (7/3) mengugkapkan, pihaknya sudah melakukan pendekatan dan penyuluhan secara terus menerus namun hal itu tidak membuahkan hasil signifikan.
Diakuinya, terdapat kepentingan oknum – oknum tertentu dibalik sulitnya ditata lokalisasi Bandar Baru ini sehingga harus melibatkan tim terpadu. "Pendekatan dan penyuluhan sudah kita lakukan secera terus – menerus. Memang kalau untuk penataan, kalau tidak terpadu ya payah, karena ada kepentingan disitu (Desa Bandarbaru). Tidak mungkin saya sendiri aja yang lakukan itu. Memang harus dibuat terpadu," jelas Amos Karokaro.
Menurutnya jika penataan kawasan lokalisasi di Desa Bandarbaru ini tidak serta - merta menghapuskan citra aktivitas Pekerja Seks Komersil (PSK), melainkan harus disertai kegiatan yang positif. "Pelan-pelan butuh proses kalau untuk menata Bandarbaru ini, karena perlu juga kesadaran dari diri kita, PSK itu, ataupun elemen lainnya," terang Amos.
Berdasarkan data Kecamatan Sibolangit tahun 2015, masih ada sekitar 120-an orang PSK dari 1.500-an yang masih melakukan aktivitas. Namun, setelah dilakukan penyuluhan dan pendataan sudah mulai berkurang. "Ada yang dipulangkan ke kampung halamannya di Jawa sana, ada juga yang sudah bekerja di perusahaan swasta dan ada yang sudah menikah dengan warga setempat," ungkapnya.
Adapun PSK yang telah dipekerjakan secara agamais yakni di Yayasan Al Kamal dan Retrit Center GPKP Kecamatan Sibolangit. "Pastinya sudah mulai menurun dan berkurang aktivitas serta orangnya karena beberapa hal itu tadi. Tinggal kita lagi nanti yang memolesnya dengan tim terpadu untuk ditata dengan baik," tegasnya. (Walsa)
Menurutnya jika penataan kawasan lokalisasi di Desa Bandarbaru ini tidak serta - merta menghapuskan citra aktivitas Pekerja Seks Komersil (PSK), melainkan harus disertai kegiatan yang positif. "Pelan-pelan butuh proses kalau untuk menata Bandarbaru ini, karena perlu juga kesadaran dari diri kita, PSK itu, ataupun elemen lainnya," terang Amos.
Berdasarkan data Kecamatan Sibolangit tahun 2015, masih ada sekitar 120-an orang PSK dari 1.500-an yang masih melakukan aktivitas. Namun, setelah dilakukan penyuluhan dan pendataan sudah mulai berkurang. "Ada yang dipulangkan ke kampung halamannya di Jawa sana, ada juga yang sudah bekerja di perusahaan swasta dan ada yang sudah menikah dengan warga setempat," ungkapnya.
Adapun PSK yang telah dipekerjakan secara agamais yakni di Yayasan Al Kamal dan Retrit Center GPKP Kecamatan Sibolangit. "Pastinya sudah mulai menurun dan berkurang aktivitas serta orangnya karena beberapa hal itu tadi. Tinggal kita lagi nanti yang memolesnya dengan tim terpadu untuk ditata dengan baik," tegasnya. (Walsa)