PT KIM, Dari Masalah Limbah Hingga Lahan

Sebarkan:
2016-03-25_16.01.56

PT Kawasan Industri Medan (KIM) dinilai tidak becus dalam mengelola limbah pabrik-pabrik yang ada di kawasan sana. Warga Deliserdang dan sekitarnya, sering mencium bau tak sedap setiap kali berada atau melintas di kawasan pabrik tersebut.

Dalam rapat kerja PT KIM bersama Komisi D DPRD Sumatera Utara, Kamis (24/03/2016), Sekretaris Komisi D DPRD Sumut, Nezar Djoeli mengecam keras PT KIM. Ia juga mengaku kecewa terhadap Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumut yang dinilai lalai dalam melindungi lingkungan.

"Saya sedih melihat keberpihakan BLH Sumut ke PT KIM yang mengatakan bahwa seluruh perizinan pengelolaan limbah perusahaan di sana sangat baik. Padahal laporan-laporan yang masuk ke kami, banyak perusahaan yang tidak memiliiki zin pengelolaan limbah B3. Malahan KIM ini tidak mempunyai tempat pengelolaan limbah terpadu," ujar Nezar.

Dari 496 perusahaan yang berada di bawah naungan PT KIM, diketahui hanya 31 yang memiliki unit pengelolaan limbah.

"Masak yang masuk ke kolam IPAL cuma 31 perusahaan aja. Ini perkara besar. Tren setter di KIM ini seperti kentut. Tak tahu siapa pelakunya tapi dampaknya luar biasa. Sehingga masyarakat yang setengah mati merasakan efeknya," tegas Nezar.

Dirut PT KIM, Raden Ruli Adi membantah pernyataan Nezar tersebut.

"Dari ratusan perusahaan didalam KIM, memang hanya 31 pabrik yang menghasilkan limbah cair. Selebihnya limbah padat. Kalau limbah padat mereka mengelola masing-masing," kata Ruli.

Atas penjelasan itu, Nezar tetap tidak percaya dan mengatakan akan langsung selidiki ke lokasi.
"Oke, nanti kami selidiki ke sana langsung. Kayak PT.Phokpand itu baunya minta ampun. Saya pun bingung kenapa KLH mengeluarkan proper biru kepada KIM. Ada apa? Phokpan aja ada 4, tapi cuma satu yang limbahnya masuk ke kolam IPAL," katanya.

Nezar lantas membandingkan pabrik di KIM dengan pabrik yang ada di Batam.

"Coba lihat di Batam sana. Sangat bersih. Udaranya sehat. Gak ada sedikitpun limbah itu berserakan atau masuk ke parit. Coba lihat itu di Musim Mas, paritnya berminyak itu. Saya di sini aja nampak. Masak bapak di sana gak nampak. Ini tugas berat bagi bapak," tegas Nezar dengan nada tinggi.

Nezar lalu menyarankan agar PT KIM ditutup saja.

"Ngapain lagi dipertahankan. Kita buka aja yang baru di kawasan Kuala Tanjung atau Sei Mangke 500 hektare. Kita bangun di sana. Udah kasep KIM ini. Tanahnya dari ratusan hektare tinggal 30 hektare. Yang ada pun tanahnya terpotong-potong. Buat apa kita pertahankan ini. Paling nanti cuma tambal sulam," kata politisi Partai Nasdem ini.

Sebelumnya, pada rapat yang sama, Dirut PT KIM Ruli Adi, mengatakan PT KIM diambang kolaps karena penyusutan lahan yang terjadi secara berangsur. Ia katakan, rata-rata penjualan lahan yang dilakukan PT KIM hingga tahun 2014 adalah 17 hektare per tahun. Penjualan lahan dilakukan agar PT KIM tetap memperoleh laba.

"Pada saat kami datang kemari sebagai direksi, lahan KIM yang asli milik KIM cuma tinggal 30 hektare. Makanya kalau kami cuma bekerja biasa-biasa saja, mungkin lahan KIM sudah habis. Mungkin bisa jadi tahun ini adalah tahun terakhir KIM beroperasi," ujar Ruli.

Sementara, Anggota Komisi D DPRD Sumut, Toni Togatorop menduga ada yang tidak beres di dalam internal PT KIM hingga menyebabkan lahan PT KIM menyusut.

"Bapak dirut tadi bilang PT KIM diambang kolaps. Ada apa ini sebenarnya? Berarti ada kejahatan di dalam itu. Apakah karena KIM itu diberi uang, sehingga lahan-lahan itu terjual. Berarti ada orang jahat di dalam itu," ujar Toni.

Toni mengkhawatirkan nasib para pekerja yang selama ini menggantungkan hidup dengan bekerja di PT KIM. Diketahui, jumlah pekerja di PT KIM mencapai 50 ribu orang.

"Mereka punya keluarga, punya sanak-saudara, anak bini. Ini harus dipikirkan serius ini. Apa langkah yang mau diambil oleh KIM," katanya.(snd)
Sebarkan:

Baca Lainnya

Komentar