[caption id="attachment_50098" align="aligncenter" width="300"]
Korban perampokan bersenjata api,
Juman Sinaga di Desa Pananggangan, Nainggolan melapor ke Polres Samosir.[/caption]
Juman Sinaga (45) atau A Indra Sinaga korban perampokan di Desa Panangangan, Kecamatan Nainggolan, mendatangi Mapolres Samosir untuk membuat laporan atas kejadian yang dialaminya.
Suami dari Rifawati Situmorang ini (45) didampingi Sekretaris Desa Panangangan Marihot Situmorang.
Menurut keterangan ayah empat anak ini, tidak ada firasat apapun yang akan terjadi padanya. Sebab, sejak Senin pagi dia tetap melakukan aktivitasnya sebagai pengumpul kopi di pekan Nainggolan.
"Senin merupakan hari pekan di Kecamatan Nainggolan, jadi duit yang digasak komplotan perampok hasil penjualan kopi," ujarnya saat diwawancarai wartawan di ruang SPK Mapolres Samosir, Rabu (6/04) pagi.
Duit itu, kata dia, bukan untuk disimpan di rumah dan ditabung di Bank, tapi untuk persediaan membeli kopi dari para petani. Duit harus stand by.
Jusman mengaku tidak memiliki masalah dengan siapapun di lingkungannya. Walapun ada toke kopi lain di desanya itu tapi tidak ada persinggungan. Sehingga dia merasa heran siapa dalang perampokan yang dialaminya.
Menurutnya, komplotan perampok berjumlah enam orang tersebut mendatangi rumahnya pukul 02:00 Wib Selasa dini hari. Sebelum menggasak duit sebanyak Rp 47 juta, 12 gram emas, 1 unit laptop dan Hp, komplotan perampok mengenakan sebo itu sempat mencicipi makanan di dapur sebelum mendobrak pintu kamar.
"Empat orang masuk kedalam rumah, sisanya yang dua orang stand by di dalam mobil Avanza warna hitam," tuturnya.
Setelah berhasil mendobrak pintu kamar, salah satu dari mereka menodongkan senjata laras panjang ke bagian kepala istri saya dan meminta kunci lemari. Sedangkan Juman sendiri bisa menangkap pisau yang digunakan pelaku lainya yang hendak membunuhnya. "Saya bisa menangkap pisau pelaku, akibatnya tangan saya robek," bebernya.
Dia juga sempat membuka sebo yang digunakan pelaku, saat membetulkan sebo itulah pelaku lainya mengikat tangan saya, istri dan cucu.
Juman mengaku tidak mengenal pelaku yang sebonya sempat terbuka itu. "Kalau disuru mengambar wajah pelaku, istri saya mungkin bisa mengingatnya," katanya.
Dengan membuat laporan ini, kata dia, aparat kepolisian dapat segera menangkap para pelaku. Meskipun sedikit kecewa dengan kurang tanggapnya anggota Polsek Nainggolan.
"Pada pukul 02:18 Wib, salah satu anggota Polsek Nainggolan saya hubungi. Baru Selasa pagi datang ke rumah saya. Kekecewaan lainya, pelaku bisa lolos padahal hanya satu akses darat keluar dari Samosir melalui Tele. Di kawasan ini ada pos polisi, kan bisa saling kontak," tukas Juman.
Saat ini, kata Juman, rumahnya tidak ada penjagaan dari aparat kepolisian. Malah yang menjaga keluarga dan warga sekitar. "Kejadian ini membuat kami sekeluarga trauma," keluhnya.(sam-1)
Juman Sinaga di Desa Pananggangan, Nainggolan melapor ke Polres Samosir.[/caption]
Juman Sinaga (45) atau A Indra Sinaga korban perampokan di Desa Panangangan, Kecamatan Nainggolan, mendatangi Mapolres Samosir untuk membuat laporan atas kejadian yang dialaminya.
Suami dari Rifawati Situmorang ini (45) didampingi Sekretaris Desa Panangangan Marihot Situmorang.
Menurut keterangan ayah empat anak ini, tidak ada firasat apapun yang akan terjadi padanya. Sebab, sejak Senin pagi dia tetap melakukan aktivitasnya sebagai pengumpul kopi di pekan Nainggolan.
"Senin merupakan hari pekan di Kecamatan Nainggolan, jadi duit yang digasak komplotan perampok hasil penjualan kopi," ujarnya saat diwawancarai wartawan di ruang SPK Mapolres Samosir, Rabu (6/04) pagi.
Duit itu, kata dia, bukan untuk disimpan di rumah dan ditabung di Bank, tapi untuk persediaan membeli kopi dari para petani. Duit harus stand by.
Jusman mengaku tidak memiliki masalah dengan siapapun di lingkungannya. Walapun ada toke kopi lain di desanya itu tapi tidak ada persinggungan. Sehingga dia merasa heran siapa dalang perampokan yang dialaminya.
Menurutnya, komplotan perampok berjumlah enam orang tersebut mendatangi rumahnya pukul 02:00 Wib Selasa dini hari. Sebelum menggasak duit sebanyak Rp 47 juta, 12 gram emas, 1 unit laptop dan Hp, komplotan perampok mengenakan sebo itu sempat mencicipi makanan di dapur sebelum mendobrak pintu kamar.
"Empat orang masuk kedalam rumah, sisanya yang dua orang stand by di dalam mobil Avanza warna hitam," tuturnya.
Setelah berhasil mendobrak pintu kamar, salah satu dari mereka menodongkan senjata laras panjang ke bagian kepala istri saya dan meminta kunci lemari. Sedangkan Juman sendiri bisa menangkap pisau yang digunakan pelaku lainya yang hendak membunuhnya. "Saya bisa menangkap pisau pelaku, akibatnya tangan saya robek," bebernya.
Dia juga sempat membuka sebo yang digunakan pelaku, saat membetulkan sebo itulah pelaku lainya mengikat tangan saya, istri dan cucu.
Juman mengaku tidak mengenal pelaku yang sebonya sempat terbuka itu. "Kalau disuru mengambar wajah pelaku, istri saya mungkin bisa mengingatnya," katanya.
Dengan membuat laporan ini, kata dia, aparat kepolisian dapat segera menangkap para pelaku. Meskipun sedikit kecewa dengan kurang tanggapnya anggota Polsek Nainggolan.
"Pada pukul 02:18 Wib, salah satu anggota Polsek Nainggolan saya hubungi. Baru Selasa pagi datang ke rumah saya. Kekecewaan lainya, pelaku bisa lolos padahal hanya satu akses darat keluar dari Samosir melalui Tele. Di kawasan ini ada pos polisi, kan bisa saling kontak," tukas Juman.
Saat ini, kata Juman, rumahnya tidak ada penjagaan dari aparat kepolisian. Malah yang menjaga keluarga dan warga sekitar. "Kejadian ini membuat kami sekeluarga trauma," keluhnya.(sam-1)