[caption id="attachment_73570" align="aligncenter" width="1040"]
Imigran Somalia dan Srilanka Kurang Pengawasan, Ini Kata Warga[/caption]
Para pencari suaka asal Somalia dan Sri Lanka yang berlabuh dan singgah di Sunggal beberapa tahun yang lalu, kini ditempatkan di Wisma Keluarga, Jalan Medan-Binjai KM 12,7, Desa Puji Mulyo, Kec. Sunggal, Kab. Beberapa tingkah laku dan aktifitas para imigran tersebut pun mulai terkuak.
Kepada wartawan, Rabu (15/3/2017) siang, beberapa warga sekitar menceritakan kebiasan para pencari suaka tersebut.
"Hidup mereka disini mewah lah bang. Bayangkan aja, mereka bisa punya kendaraan dan juga mempunyai handphone, perhiasan yang mewah-mewah. Gak kerja, tapi berduit dan bisa menikmati ketentraman di bumi pertiwi kita ini," jelas Jerry (30) kepada wartawan.
Lanjutnya, selain kemewahan beberapa imigran tersebut juga kerap menciptakan keributan di lingkungan sekitar.
"Pas Natal dan menyambut tahun baru lalu bang, mereka mabuk-mabukan dan ribut sesama mereka dan juga dengan penjaga pintu gerbang Wisma tersebut. Setiap mereka menerima uang, langsung foya-foya dengan membeli minuman keras seperti Bir dan juga tuak. Bahkan, mereka belanja ke Medan, Mall Matahari di Binjai, mewah betul hidup mereka," kesalnya.
Para pencari suaka asal Somalia dan Sri Lanka yang berlabuh dan singgah di Sunggal beberapa tahun yang lalu, kini ditempatkan di Wisma Keluarga, Jalan Medan-Binjai KM 12,7, Desa Puji Mulyo, Kec. Sunggal, Kab. Beberapa tingkah laku dan aktifitas para imigran tersebut pun mulai terkuak.
Kepada wartawan, Rabu (15/3/2017) siang, beberapa warga sekitar menceritakan kebiasan para pencari suaka tersebut.
"Hidup mereka disini mewah lah bang. Bayangkan aja, mereka bisa punya kendaraan dan juga mempunyai handphone, perhiasan yang mewah-mewah. Gak kerja, tapi berduit dan bisa menikmati ketentraman di bumi pertiwi kita ini," jelas Jerry (30) kepada wartawan.
Lanjutnya, selain kemewahan beberapa imigran tersebut juga kerap menciptakan keributan di lingkungan sekitar.
"Pas Natal dan menyambut tahun baru lalu bang, mereka mabuk-mabukan dan ribut sesama mereka dan juga dengan penjaga pintu gerbang Wisma tersebut. Setiap mereka menerima uang, langsung foya-foya dengan membeli minuman keras seperti Bir dan juga tuak. Bahkan, mereka belanja ke Medan, Mall Matahari di Binjai, mewah betul hidup mereka," kesalnya.
Bahkan, ia mengaku jam-jam keluar-masuk para imigran tersebut terkesan tak disiplin.
"Ketentuannya jam 8 malam, mereka semua harus udah didalam dan tidak ada yang keluar dari Wisma. Tapi, kenyataannya bang, saya disini 24 jam sebagai tukang tambal ban sekaligus bengkel. Tengah-tengah malam, pintu gerbang bebas terbuka dan juga kalau gak terbuka, mereka nekat memanjat bang. Rata-rata yang manjat itu imigran asal Sri Lanka, kurang pengawasan pihak Imigrasi kepada mereka ini bang," ketusnya.
Keterangan lain dari warga pun juga menguak tentang bebasnya para imigran dapat memiliki kendaraan bermotor.
"Informasi yang saya terima dek, mereka dijamin oleh warga Kelingan dan Pondok Jamur yang mayoritas orang India. Disitulah mereka bisa memiliki sepeda motor, yang menjamin orang india sana namun mereka para imigran yang bayar. Bahkan, mereka memiliki perjanjian bahwa ketika para imigran yang bermohon ingin memiliki sepeda motor dipulangkan ke negaranya, sepeda motor tersebut menjadi milik si penjamin," ungkapnya.
Namun, informasi tersebut pun sempat ditindak lanjuti oleh pihak Imigrasi dan melakukan penyitaan terhadap beberapa kendaraan milik para imigran.
"Beberapa bulan lalu, orang Imigrasi melakukan razia dek. Sedikitnya puluhan unit sepeda motor disita dari mereka, saat ini mereka hanya menggunakan sepeda dayung untuk keluar masuk. Tapi, menurut pandangan saya mereka terlalu bebas lah disini. Kita khawatirkan semakin lama mereka disini, semakin cepat mereka bertumbuh dan berkembang. Bayangkan, satu keluarga mencapai 10 orang. Lama kelamaan, mereka memenuhi wilayah Medan, terkhususnya Sunggal ini," tegasnya.(Robert)
"Ketentuannya jam 8 malam, mereka semua harus udah didalam dan tidak ada yang keluar dari Wisma. Tapi, kenyataannya bang, saya disini 24 jam sebagai tukang tambal ban sekaligus bengkel. Tengah-tengah malam, pintu gerbang bebas terbuka dan juga kalau gak terbuka, mereka nekat memanjat bang. Rata-rata yang manjat itu imigran asal Sri Lanka, kurang pengawasan pihak Imigrasi kepada mereka ini bang," ketusnya.
Keterangan lain dari warga pun juga menguak tentang bebasnya para imigran dapat memiliki kendaraan bermotor.
"Informasi yang saya terima dek, mereka dijamin oleh warga Kelingan dan Pondok Jamur yang mayoritas orang India. Disitulah mereka bisa memiliki sepeda motor, yang menjamin orang india sana namun mereka para imigran yang bayar. Bahkan, mereka memiliki perjanjian bahwa ketika para imigran yang bermohon ingin memiliki sepeda motor dipulangkan ke negaranya, sepeda motor tersebut menjadi milik si penjamin," ungkapnya.
Namun, informasi tersebut pun sempat ditindak lanjuti oleh pihak Imigrasi dan melakukan penyitaan terhadap beberapa kendaraan milik para imigran.
"Beberapa bulan lalu, orang Imigrasi melakukan razia dek. Sedikitnya puluhan unit sepeda motor disita dari mereka, saat ini mereka hanya menggunakan sepeda dayung untuk keluar masuk. Tapi, menurut pandangan saya mereka terlalu bebas lah disini. Kita khawatirkan semakin lama mereka disini, semakin cepat mereka bertumbuh dan berkembang. Bayangkan, satu keluarga mencapai 10 orang. Lama kelamaan, mereka memenuhi wilayah Medan, terkhususnya Sunggal ini," tegasnya.(Robert)