[caption id="attachment_73068" align="aligncenter" width="1000"]
Salah Satu Lahan Proyek Sabodam di Wilayah Desa Sukatendel[/caption]
Bupati Tanah Karo Terkelin Brahmana.SH diharapkan secepatnya turun langsung kedesa-desa diwilayah lingkar Sinabung terutama yang terkena dampak langsung dari aliran Lahar Dingin gunung Sinabung. Apabila tidak , maka proyek yang dikucurkan Kementerian Pekerjaan Umum Dan Pemukiman Rakyat bernilai tidak kurang dari seratusan millyard rupiah dikhawatirkan batal dikerjakan.
Hal ini terungkap ketika pihak Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Balai Wilayah Sungai Sumatera II dan ABIPRAYA Lestari (KSO) melakukan sosialisasi kepada warga masyarakat Desa Sukatendel Kecamatan Tiganderket Kabupaten Karo, Selasa (7/2) di aula Kantor Camat Kecamatan Tiganderket.
Mengawali sosialisali , Yuda Siagian menyebutkan dalam sistem pengendalian erosi, sedimen, lahar hujan yang lebih dikenal dengan sebutan Lahar Dingin pihak Balai Wilayah Sungai Sumatera Utara II akan membangun Proyek Sabo Dam dilingkar Sinabung yang terkena langsung alirannya yang pembangunan program tahap pertama akan dimulai dari dua desa yakni Perbaji dan desa Sukatendel yang berjumlah 5 titik.
Dimana dalam pelaksanaannya yang berkelanjutan selama tiga tahun dengan target seluruh lingkar gunung Sinabung yang terdampak dialiri aliran lahar dingin mulai dari hulu akan dibangun segera dibangun demi menghindari korban lahan pertanian dan rumah tempat tinggal warga masyarakat terutama dari renggutan korban jiwa.
Selanjutnya ketika sampai paparan wilayah atau dimana letak objek Sabo Dam yang akan dibangun dan disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah (PP) tentang Daerah Aliran Sungai (DAS) maupun anak sungai yang tidak mendapat ganti rugi.
Bupati Tanah Karo Terkelin Brahmana.SH diharapkan secepatnya turun langsung kedesa-desa diwilayah lingkar Sinabung terutama yang terkena dampak langsung dari aliran Lahar Dingin gunung Sinabung. Apabila tidak , maka proyek yang dikucurkan Kementerian Pekerjaan Umum Dan Pemukiman Rakyat bernilai tidak kurang dari seratusan millyard rupiah dikhawatirkan batal dikerjakan.
Hal ini terungkap ketika pihak Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Balai Wilayah Sungai Sumatera II dan ABIPRAYA Lestari (KSO) melakukan sosialisasi kepada warga masyarakat Desa Sukatendel Kecamatan Tiganderket Kabupaten Karo, Selasa (7/2) di aula Kantor Camat Kecamatan Tiganderket.
Mengawali sosialisali , Yuda Siagian menyebutkan dalam sistem pengendalian erosi, sedimen, lahar hujan yang lebih dikenal dengan sebutan Lahar Dingin pihak Balai Wilayah Sungai Sumatera Utara II akan membangun Proyek Sabo Dam dilingkar Sinabung yang terkena langsung alirannya yang pembangunan program tahap pertama akan dimulai dari dua desa yakni Perbaji dan desa Sukatendel yang berjumlah 5 titik.
Dimana dalam pelaksanaannya yang berkelanjutan selama tiga tahun dengan target seluruh lingkar gunung Sinabung yang terdampak dialiri aliran lahar dingin mulai dari hulu akan dibangun segera dibangun demi menghindari korban lahan pertanian dan rumah tempat tinggal warga masyarakat terutama dari renggutan korban jiwa.
Selanjutnya ketika sampai paparan wilayah atau dimana letak objek Sabo Dam yang akan dibangun dan disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah (PP) tentang Daerah Aliran Sungai (DAS) maupun anak sungai yang tidak mendapat ganti rugi.
Maka hal ini membuat suasana sosialisasi agak sedikit tersendat jalannya, mengingat warga desa tidak dapat menerimanya dengan alasan bila ingin dibangun maka mereka minta untuk diperhatikan tentang hak ganti rugi mereka. Malahan ada warga yang menyebutkan bila memang akibat alam yang menggerus tanah pertaniannya dirinya pasrah karena itu sudah kehendak yang maha kuasa.
“Kalau tidak ada ganti rugi, biarlah ladang saya kernep (hilang/red),” ungkap B.Perangin-angin. Dirinya juga sudah apatis dengan pembangunan yang awal – awalnya dijanjikan bahwa setiap pengerjaan proyek nantinya ada pemeliharaan dari Instansi terkait. Pengalamannya ini diungkapkannya saat adanya pembangunan bronjong penahan longsor disekitar Lau Bekerah yang menurutnya sama sekali tidak lagi ada perawatan setelah selesainya pembangunan.
Kalau warga desa Sukatendel yang meminta ganti rugi tentang lahannya yang terkena objek pembangunan Sabo Dam maka lain lagi tuntutan yang diajukan warga desa Perbaji saat dilakukan sosialisasi Jumat (2/3) lalu. Mereka meminta ganti rugi sosial pada tanaman serta tumbuhan produksi yang terkena dampak bangunan projek tersebut.
Sedikit informasi tentang Sabo Dam yang berhasil diproleh bahwa,dalam menanggulangi ancaman erupsi gunung api di Indonesia, pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA) selama lebih kurang 40 tahun telah menjalin kerjasama dalam mitigasi bencana. Salah satunya adalah teknologi sabo dam yang diterapkan di beberapa gunung berapi di Indonesia.
Teknologi sabo dam hasil kerjasama Jepang dan Indonesia efektif dikembangkan di sejumlah wilayah yang mempunyai gunung berapi, seperti di Gunung Merapi, Gunung Semeru dan Gunung Kelud di Jawa Timur, Gunung Galunggung di Jawa Barat dan Gunung Agung di Bali.
]
Kata Sabo berasal dari gabungan dua kata Bahasa Jepang. Kata (Sa) berarti pasir, dan (bo) yang artinya pengendalian. Sabo berarti sistem pengendalian erosi, sedimen, lahar hujan, dan penanggulangan tanah longsor.
Di Indonesia fungsi Sabo lebih banyak dipraktekkan dalam teknologi pengendalian material di hulu sungai yang ada di gunung berapi. Sabo berfungsi untuk menangkap aliran debris atau lahar sehingga debit aliran menjadi berkurang atau pengedalian sedimen.
Sabo juga bisa berfungsi untuk mengarahkan dan memperlambat aliran material di sungai, tempat pengendapan, pengarah aliran untuk mencegah penyebaran, dan membatasi terjadinya aliran lahar atau bahaya sekunder gunung api.
Teknologi sabo dam di Indonesia saat ini banyak dibangun di sepanjang sungai di sekitar hulu gunung berapi. Salah satunya adalah sabo dam di Gunung Merapi. Hampir semua aliran sungai yang berhulu di Merapi yang ada di empat kabupaten yakni Boyolali, Klaten, Magelang dan Sleman dibangun sabo dam. (Marko)
“Kalau tidak ada ganti rugi, biarlah ladang saya kernep (hilang/red),” ungkap B.Perangin-angin. Dirinya juga sudah apatis dengan pembangunan yang awal – awalnya dijanjikan bahwa setiap pengerjaan proyek nantinya ada pemeliharaan dari Instansi terkait. Pengalamannya ini diungkapkannya saat adanya pembangunan bronjong penahan longsor disekitar Lau Bekerah yang menurutnya sama sekali tidak lagi ada perawatan setelah selesainya pembangunan.
Kalau warga desa Sukatendel yang meminta ganti rugi tentang lahannya yang terkena objek pembangunan Sabo Dam maka lain lagi tuntutan yang diajukan warga desa Perbaji saat dilakukan sosialisasi Jumat (2/3) lalu. Mereka meminta ganti rugi sosial pada tanaman serta tumbuhan produksi yang terkena dampak bangunan projek tersebut.
Sedikit informasi tentang Sabo Dam yang berhasil diproleh bahwa,dalam menanggulangi ancaman erupsi gunung api di Indonesia, pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA) selama lebih kurang 40 tahun telah menjalin kerjasama dalam mitigasi bencana. Salah satunya adalah teknologi sabo dam yang diterapkan di beberapa gunung berapi di Indonesia.
Teknologi sabo dam hasil kerjasama Jepang dan Indonesia efektif dikembangkan di sejumlah wilayah yang mempunyai gunung berapi, seperti di Gunung Merapi, Gunung Semeru dan Gunung Kelud di Jawa Timur, Gunung Galunggung di Jawa Barat dan Gunung Agung di Bali.
]
Kata Sabo berasal dari gabungan dua kata Bahasa Jepang. Kata (Sa) berarti pasir, dan (bo) yang artinya pengendalian. Sabo berarti sistem pengendalian erosi, sedimen, lahar hujan, dan penanggulangan tanah longsor.
Di Indonesia fungsi Sabo lebih banyak dipraktekkan dalam teknologi pengendalian material di hulu sungai yang ada di gunung berapi. Sabo berfungsi untuk menangkap aliran debris atau lahar sehingga debit aliran menjadi berkurang atau pengedalian sedimen.
Sabo juga bisa berfungsi untuk mengarahkan dan memperlambat aliran material di sungai, tempat pengendapan, pengarah aliran untuk mencegah penyebaran, dan membatasi terjadinya aliran lahar atau bahaya sekunder gunung api.
Teknologi sabo dam di Indonesia saat ini banyak dibangun di sepanjang sungai di sekitar hulu gunung berapi. Salah satunya adalah sabo dam di Gunung Merapi. Hampir semua aliran sungai yang berhulu di Merapi yang ada di empat kabupaten yakni Boyolali, Klaten, Magelang dan Sleman dibangun sabo dam. (Marko)