Produksi Sawit Anjlok, Pupuk Subsidi Sulit Didapat

Sebarkan:
Sejumlah petani kelapa sawit di Kabupaten Padang Lawas (Palas) merasa dianaktirikan. Pasalnya, sampai kini mereka masih kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi, sedangkan harga beli pupuk non subsidi masih dirasa cukup mahal.

Padahal, saat ini produksi hasil panen sawit petani sedang turun, sehubungan musim trek buah sawit yang berkepanjangan. Rata-rata, hasil panen sawit turun di kisaran 20 hingga 50% dari sebelumnya. Sedangkan, harga jual tandan buah segar (TBS) sawit, hanya mengalami kensikan tipis. Yakni sebesar Rp. 20 hingga Rp. 30 perkilonya.

Seperti penuturan Alamsyah, satu petani sawiydi Kecamatan Hutaraja Tinggi (Huragi), kepada wartawan, pada Minggu (21/5). Katanya, "Secara umum, masyarakat saat ini mudah dapat BBM subsidi, mudah dapatkan elpiji subsidi. Tapi, petani sawit tidak pernah mudah dapat pupuk subsidi secara rutin. Jika pun ada pupuk di kios pengecer selalu dibatasi sehingga petani selalu kesulitan untuk berproduksi secara optimal," kata Alamsyah.

"Sudah lah harga jual buah sawit anjlok, ditambah pula sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi. Maka lengkap lah sudah, penderitaan masyarakat Palas yang mayoritas menggantungkan hidup dengan bertani kelapa sawit ini," keluhnya.
Maunya, pemda di sini cepat tanggap dan paham kondisi masyarakatnya, khususnya para petani. "Karena faktanya, di Kecamatan Huragi ini, mayoritas masyarakat bertani sawit. Jadi, di saat produksi sawit turun, harga jysl juga kurang baik, kebun sawit udah butuh pupuk. Pe,erintah sudah siapkan stok pupuk subsidi seharusnya," pinta Alamsyah.

Senada itu, seorang Pengecer/Kios Pupuk Subsudi di Kecamatan Huragi, yang tidak ingin namanya ditulis menyebutkan, pihak kios pengecer juga heran dengan pasokan pupuk bersubsidi yang dibatasi pasokannya. Yaitu, hanya sebanyak empat ton untyk sekali penebusan, itupun tidak rutin setiap bulan.

"Jika bulan januari yang lalu ada ada arahan penebusan sebanyak empat ton, untuk masing-masing jenis pupuk, maka pada bulan februari dan maret tidak ada lagi penebusan. Penebusan baru ada di bulan april yang lalu, itupun sama jumlahnya, hanya empat ton dan hanya satu jenis pupuk subsidi. Jenis pupuk subsidi lain tidak boleh. Janganlah difotobdan ditulis namaku, ya bang," kata pengecer, sembari mohon agar namanya tidak ditulis.

"Memang, bang, mana ada logikanya petani sawit di sini, bisa meningkatan taraf ekonominya, jika kebun sawitnya tidak produktif. Lalu mana logikanya petani sawit bisa sejahtera jika harga jual buahnya anjlok dan naiknya harga juga cukup tipis, serta mendapatkan pupuk bersubsidi juga dipersulit," pungkasnya.

"Padahal, ini memang sudah waktunya untuk memupuk lahan sawit. Tapi, stok pupuk dubsidi di tempat kami ini sudah habis dan petani belum mampu membeli pupuk non subsidi, yang harganya masih cukup mahal. Solusinya, ya berikanlah tambahan stok tebusan kepada kami (pengecer/kios-red), setidaknya sebanyak 8 ton perbulan, untuk masing-masing jenis pupuk subsidi," pungkasnya.(pls-1)
Sebarkan:

Baca Lainnya

Komentar