TMMD merupakan salah satu wujud Operasi Bakti TNI yang sinergis, terintegrasi dan sangat terorganisir. Tujuan dan manfaatnya sangat jelas, baik bagi kepentingan TNI, masyarakat maupun Pemerintah Kabupaten/Kota.
Awalnya TMMD bernama ABRI Masuk Desa (AMD) yang pelaksanaannya didasarkan amanat Presiden Soeharto tanggal 5 Oktober 1978. Tujuannya untuk mengajak segenap warga ABRI (sekarang TNI) untuk meresapkan kembali kemanunggalan ABRI dengan rakyat. Kemanunggalan yang telah terbukti mempersembahkan kemerdekaan dan melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Di zaman kemerdekaan kemanunggalan itu dituntut untuk berperan dalam pembangunan daerah-daerah terpencil/pinggiran dan mempertahankan semangat gotong royong yang menjadi landasan budaya bangsa Indonesia.
Seiring perkembangan zaman dan terjadinya Reformasi ABRI, Kepolisian Negara Republik Indonesia dipisah dengan TNI. Sejak 1 April 1999, AMD pun berubah nama menjadi TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD). Perubahan ini tidak merubah tujuan awal AMD.
Bagi kepentingan masyarakat, TMMD bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemerataan pembangunan melalui kegiatan pembangunan sarana prasarana transportasi, seperti jalan, jembatan, prasarana kesehatan, tempat ibadah serta ketertiban dan keamanan lingkungan.
Bagi TNI, kepentingan yang ingin dijangkau adalah membantu masyarakat untuk menciptakan kesejahteraan melalui pembangunan fisik dan non fisik. Tujuan non fisik meliputi penciptaan ruang, alat dan kondisi juang yang tangguh dalam memberdayakan wilayah pertahanan, sehingga mempunyai daya tangkal yang kuat bagi kemungkinan ancaman yang merugikan NKRI, meningkatkan kemanunggalan TNI dengan Rakyat dan terjaganya budaya gotong royong.
Untuk itu penentuan sasaran TMMD menjadi program penting sebelum dimulainya pelaksanaan. Mekanisme program TMMD diawali dan disusun dengan sistem "Bottom Up Planning". Berawal dari musyawarah atau rembug desa, dilanjutkan rapat di tingkat kecamatan dan kemudian dibahas di tingkat Kabupaten/Kota, sebelum akhirnya daerah sasaran ditentukan.
Penentuan sasaran itu membutuhkan proses panjang. Daerah sasaran ditentukan berdasarkan kebutuhan masyarakat yang paling prioritas dan mendesak. Ketika proyek selesai, pemanfaatannya akan maksimal dan pelaksanaan TMMD di daerah sasaran tidak sia-sia.
Semangat Gotong Royong
Program kegiatan TMMD sangat erat kaitannya untuk menumbuhkan budaya dengan semangat gotong-royong dan partisipasi aktif masyarakat dalam membangun daerahnya sendiri menuju kehidupan sosial masyarakat yang lebih maju, sejahtera dan mandiri.
Semangat kehidupan bergotong-royong merupakan ciri khas masyarakat kita cenderung mulai terkikis oleh arus globalisasi. Tidak menutup kemungkinan seiring waktu berjalan semangat gotong royongpun akan punah, karena terjadinya benturan-benturan kepentingan. Benturan ini bukan hanya terjadi di perkotaan saja. Namun juga sudah melanda kehidupan di pedesaan yang sudah mulai mengagung-agungkan semangat individualistik.
Dengan adanya program TMMD yang memiliki karakteristik seperti ini, tentu akan menyemai semangat gotong royong di tengah-tengah benturan masyarakat.
Sebagian besar sasaran proyek TMMD memang tersebar di pedesaan ataupun di desa-desa tertinggal, tapi tidak mengurangi dan mengecilkan makna filosofi yang disandangnya yaitu kemanunggalan TNI-rakyat tetap terus terjaga.
Bagaimanapun roh kelahiran TNI tidak lepas dari rakyat, lahir dari rakyat dan dibesarkan oleh rakyat. Artinya apa yang dilakukan TNI harus berkiblat kepada kepentingan rakyat semata bukan untuk kepentingan kelompok atau golongan tertentu.
Sudah jelas apa yang menjadi salah satu visi dan misi TNI dalam melakukan tugas pokoknya harus terbangun jiwa untuk dicintai dan mencintai rakyatnya. Ketika semangat gotong royong sudah terbangun, misi inipun dipastikan akan tercapai.
TMMD Kodim 0203/Langkat
Berkaca pada TMMD ke-98 Kodim 0203/Langkat, berhasilkah pencapaian dimaksud? Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis di lokasi TMMD, Desa Namu Teras dan Kutambaru, pelaksanaannya sudah menyentuh semua tujuan yang dimaksud. Baik sasaran fisik maupun non fisik.
Sebelum pelaksanaan TMMD, kedua desa itu merupakan wilayah yang amat terisolasi. Sebagian besar masyarakat yang menumpukan penghidupannya dari hasil kebun masih jauh dari kehidupan sejahtera.
Penyebab utamanya, sarana transportasi yang tidak mendukung. Untuk memasarkan hasil kebun, mereka harus menggunakan jasa angkutan ojek (masyarakat setempat menyebutnya RBT).
Ongkos angkut hasil kebun, terutama sawit, mencapai Rp 1.000/kg. Jika harga sawit seperti saat ini yang hanya Rp 1.200/kg, maka masyarakat hanya menikmati Rp 200/kg dari hasil panen sawitnya.
Bayangkan jika harga sawit benar-benar anjlok, maka mereka tidak akan memanen hasil kebun. Kalau kondisi ini berlangsung berbulan-bulan, otomatis masyarakat setempat tak mendapatkan hasil apapun.
Sarana pendidikan pun masih sangat minim, dua desa itu hanya terdapat satu sekolah dasar negeri. Akibatnya banyak siswa yang harus menempuh perjalanan 6 hingga 7 km untuk menuntut ilmu.
Sementara untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP, mereka harus bersekolah di Kecamatan Marike, yang letaknya bersebelahan dengan Kecamatan Kutambaru.
Minimnya akses jalan, sangat tidak mendukung perekonomian warga setempat. Akibatnya, banyak warga yang sebelumnya berlomba-lomba membeli lahan di dua desa itu untuk berkebun sawit, patah semangat. Mereka pindah dan keluar dari desa. Desa Namo Teras dan Kutambaru yang dulunya ramai, kini hanya dihuni seratusan kepala keluarga.
Melalui pelaksanaan TMMD ke-98 Kodim 0203/Langkat, akses jalan sepanjang 9 km sudah terbangun dengan lebar 6 m. Ruas jalan itu merupakan 6 km pelebaran jalan dan 3 km pembuatan jalan baru.
Sarana jalan itu, kini sudah memberikan manfaat langsung kepada masyarakat. Ongkos angkut menurun drastis menjadi Rp 500/kg. Bahkan warga kini lebih banyak yang mengangkut sendiri hasil kebunnya.
TMMD ke-98 Kodim 0203/Langkat menargetkan 20 sasaran di Desa Namo Teras dan Kutambaru. Selain jalan sepanjang 9 km, pembuatan 3 jembatan beton, rehab 2 jembatan beton dan rehab plat beton 3 x 2 m menjadi 5 x 3 m, parit beton panjang 300 m, buat tembok penahan tebing 50 m dan 3 pos kamling, masjid, musholla, gereja dan gorong-gorong.
Kini masyarakat sudah bisa menatap masa depan yang lebih memberikan harapan dan kesejahteraan. "Kini setiap melihat jalan di depan rumah saya sudah bisa dilalui mobil, rasanya seperti mimpi saja". Kata-kata itu kerap terdengar dari warga Desa Namo Teras, Kecamatan Kutambaru, Kabupaten Langkat.
Ya, harapan kini terbentang di depan mata, setelah tersentuh program TMMD. Komandan Kodim 0203/Langkat, Letkol Arh. Dedy Rahmanto, Msi (Han) kepada penulis mengaku, bangga karena berhasil melaksanakan TMMD dengan lancar dan tanpa hambatan.
"Ini bukan hanya keberhasilan TNI, tapi keberhasilan kemanunggalan TNI dengan rakyat. Pekerjaan seberat apapun, jika kemanunggalan TNI dengan rakyat sudah terwujud, akan bisa diatasi," katanya.
Sebelum pelaksanaan, selaku penanggungjawab Dandim juga melakukan koordinasi dengan Dinas PU Kabupaten Langkat. Agar pengerjaan proyek jalan yang membutuhkan waktu 6 bulan jika ditenderkan sesuai ketentuan. Namun dengan TMMD, semua itu bisa diselesaikan hanya dalam waktu sekitar 50 hari.
Wujud kemanunggalan TNI dan Rakyat benar-benar terpupuk. Mulai dari proses survey, pembebasan lahan hingga pengerjaan. Nyaris tak ada hambatan.
Satu-satunya hambatan adalah kondisi alam dan cuaca, karena pengerjaannya di musim penghujan.Namun itu semua bisa teratasi, karena masyarakat juga memberikan andil yang cukup besar.Di sinilah kemanunggalan TNI dan Rakyat serta semangat gotong royong terpupuk.
Di mata masyarakat Desa Namo Teras dan Kutambaru, TNI telah mewujud menjadi pahlawan pembangunan."Seperti mimpi rasanya melihat desa kami sudah seperti ini. Terima kasih bapak-bapak ABRI," kata Nangkin Tarigan, mantan Kepala Dusun Duren Mulo, Desa Namu Teras yang masih menyebut TNI dengan kata-kata ABRI.
Di tengah-tengah kesibukan mengerjakan sasaran fisik, para prajurit tak pernah alpa pada sasaran non fisik. Pengobatan dan pemeriksaan kesehatan, sunatan massal, donor darah, penanaman nilai-nilai cinta terhadap tanah air, sosialisasi bahaya narkoba dan bentuk-bentuk penyakit masyarakat.
Melalui TMMD ke-98, Kodim 0203/Langkat berhasil menjalankan Operasi Bakti TNI yang diamanahkan UU No. 34 tahun 2004. Namun di balik itu semua, keberhasilan terbesar TMMD ini adalah merekat kuatnya ikatan antara TNI dan Rakyat. Ikatan yang mewujud dalam bentuk kemanggulan dan pernah memiliki peran demikian besar dalam perjuangan merebut kemerdekaan dan terbentuknya NKRI.
Kemanggulan yang tumbuh subur dan kini menjadi modal besar menjaga keutuhan NKRI. Sukses TMMD ke-98 Kodim 0203/Langkat.(bb)
Penyebab utamanya, sarana transportasi yang tidak mendukung. Untuk memasarkan hasil kebun, mereka harus menggunakan jasa angkutan ojek (masyarakat setempat menyebutnya RBT).
Ongkos angkut hasil kebun, terutama sawit, mencapai Rp 1.000/kg. Jika harga sawit seperti saat ini yang hanya Rp 1.200/kg, maka masyarakat hanya menikmati Rp 200/kg dari hasil panen sawitnya.
Bayangkan jika harga sawit benar-benar anjlok, maka mereka tidak akan memanen hasil kebun. Kalau kondisi ini berlangsung berbulan-bulan, otomatis masyarakat setempat tak mendapatkan hasil apapun.
Sarana pendidikan pun masih sangat minim, dua desa itu hanya terdapat satu sekolah dasar negeri. Akibatnya banyak siswa yang harus menempuh perjalanan 6 hingga 7 km untuk menuntut ilmu.
Sementara untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP, mereka harus bersekolah di Kecamatan Marike, yang letaknya bersebelahan dengan Kecamatan Kutambaru.
Minimnya akses jalan, sangat tidak mendukung perekonomian warga setempat. Akibatnya, banyak warga yang sebelumnya berlomba-lomba membeli lahan di dua desa itu untuk berkebun sawit, patah semangat. Mereka pindah dan keluar dari desa. Desa Namo Teras dan Kutambaru yang dulunya ramai, kini hanya dihuni seratusan kepala keluarga.
Melalui pelaksanaan TMMD ke-98 Kodim 0203/Langkat, akses jalan sepanjang 9 km sudah terbangun dengan lebar 6 m. Ruas jalan itu merupakan 6 km pelebaran jalan dan 3 km pembuatan jalan baru.
Sarana jalan itu, kini sudah memberikan manfaat langsung kepada masyarakat. Ongkos angkut menurun drastis menjadi Rp 500/kg. Bahkan warga kini lebih banyak yang mengangkut sendiri hasil kebunnya.
TMMD ke-98 Kodim 0203/Langkat menargetkan 20 sasaran di Desa Namo Teras dan Kutambaru. Selain jalan sepanjang 9 km, pembuatan 3 jembatan beton, rehab 2 jembatan beton dan rehab plat beton 3 x 2 m menjadi 5 x 3 m, parit beton panjang 300 m, buat tembok penahan tebing 50 m dan 3 pos kamling, masjid, musholla, gereja dan gorong-gorong.
Kini masyarakat sudah bisa menatap masa depan yang lebih memberikan harapan dan kesejahteraan. "Kini setiap melihat jalan di depan rumah saya sudah bisa dilalui mobil, rasanya seperti mimpi saja". Kata-kata itu kerap terdengar dari warga Desa Namo Teras, Kecamatan Kutambaru, Kabupaten Langkat.
Ya, harapan kini terbentang di depan mata, setelah tersentuh program TMMD. Komandan Kodim 0203/Langkat, Letkol Arh. Dedy Rahmanto, Msi (Han) kepada penulis mengaku, bangga karena berhasil melaksanakan TMMD dengan lancar dan tanpa hambatan.
"Ini bukan hanya keberhasilan TNI, tapi keberhasilan kemanunggalan TNI dengan rakyat. Pekerjaan seberat apapun, jika kemanunggalan TNI dengan rakyat sudah terwujud, akan bisa diatasi," katanya.
Sebelum pelaksanaan, selaku penanggungjawab Dandim juga melakukan koordinasi dengan Dinas PU Kabupaten Langkat. Agar pengerjaan proyek jalan yang membutuhkan waktu 6 bulan jika ditenderkan sesuai ketentuan. Namun dengan TMMD, semua itu bisa diselesaikan hanya dalam waktu sekitar 50 hari.
Wujud kemanunggalan TNI dan Rakyat benar-benar terpupuk. Mulai dari proses survey, pembebasan lahan hingga pengerjaan. Nyaris tak ada hambatan.
Satu-satunya hambatan adalah kondisi alam dan cuaca, karena pengerjaannya di musim penghujan.Namun itu semua bisa teratasi, karena masyarakat juga memberikan andil yang cukup besar.Di sinilah kemanunggalan TNI dan Rakyat serta semangat gotong royong terpupuk.
Di mata masyarakat Desa Namo Teras dan Kutambaru, TNI telah mewujud menjadi pahlawan pembangunan."Seperti mimpi rasanya melihat desa kami sudah seperti ini. Terima kasih bapak-bapak ABRI," kata Nangkin Tarigan, mantan Kepala Dusun Duren Mulo, Desa Namu Teras yang masih menyebut TNI dengan kata-kata ABRI.
Di tengah-tengah kesibukan mengerjakan sasaran fisik, para prajurit tak pernah alpa pada sasaran non fisik. Pengobatan dan pemeriksaan kesehatan, sunatan massal, donor darah, penanaman nilai-nilai cinta terhadap tanah air, sosialisasi bahaya narkoba dan bentuk-bentuk penyakit masyarakat.
Melalui TMMD ke-98, Kodim 0203/Langkat berhasil menjalankan Operasi Bakti TNI yang diamanahkan UU No. 34 tahun 2004. Namun di balik itu semua, keberhasilan terbesar TMMD ini adalah merekat kuatnya ikatan antara TNI dan Rakyat. Ikatan yang mewujud dalam bentuk kemanggulan dan pernah memiliki peran demikian besar dalam perjuangan merebut kemerdekaan dan terbentuknya NKRI.
Kemanggulan yang tumbuh subur dan kini menjadi modal besar menjaga keutuhan NKRI. Sukses TMMD ke-98 Kodim 0203/Langkat.(bb)