![]() |
Bukti catatan Petugas PDTI/P3MD di Buku Bimbingan Desa Hatongga. |
Terbongkar sudah dugaan kuat penyebab dirusaknya material
bangunan Aula di Desa Hatongga Kecamatan Batang Lubu Sutam (Batam) oleh OTK
pada sepekan yang lalu. Penyebabnya diduga karena kepala desa tidak
bermusyawarah dengan masyarakatnya pra pelaksanaan.
Hal ini diungkapkan oleh seorang warga Desa Hatongga yang
tidak ingin disebutkan namanya, Senin (14/8/2017) dengan menunjukkan catatan
pada buku bimbingan Desa Hatongga yang ditulis oleh petugas Pendamping Desa
Tenaga Infrastruktur (PDTI).
"Abang bisa lihat sendiri buktinya di buku bimbingan
Desa Hatongga yang ditulis langsung oleh Petugas PDTI/P3MD. Itu kan buktinya,
kalau dana desa di Hatongga dikerjakan tanpa melalui mekanisme musyawarah
desa," ungkap sumber.
Dalam buku bimbingan tersebut, Petugas PDTI/P3MD, Mhd.
Parwis pada tanggal 20 juli 2017 menuliskan pada kolom bimbingan/saran,
pengadaan barang dan jasa di desa disesuaikan dengan Perbup nomor 8 tahun 2016.
Petugas PDTI ini juga menuliskan di buku bimbingan,
"Libatkan masyarakat setempat, fungsikan TPK dan laksanakan musyawarah pra
pelaksanaan kegiatan, serta sesuaikan dengan RAB," tulis Mhd. Parwis.
Sayangnya, sampai berita ini dirilis, wartawan belum bisa
mengkomfirmasi Petugas PDTI Mhd. Parwis. Nomor handphone miliknya, juga non
aktif saat dihubungi.
Sembelumnya, Kepala Desa Hatongga, Abdul Gani Lubis, saat
dihubungi wartawan, Sabtu (12/8/2017) menegaskan, pihaknya sudah melalui
mekanisme musyawarah di desa sebelum pengerjaan dana desa dimulai.
"Kita sudah buat rapat bersama-sama masyarakat di
desa sebelum dana desa dikerjakan. Rapatnya juga dihadiri dari pihak kecamatan
dan dari pihak pendamping desa," ucap Gani.
Diakuinya, memang pengerjaan bangunan gedung aula dan
gedung PAUD, pihaknya menggunakan jasa kepala tukang dari luar desa.
"Memang, kepala tukangnya kami datangkan dari Sibuhuan. Karena masyarakat
di Desa tidak ada yang bisa membuat gambar," akunya.
"Tapi, untuk pekerjanya, kami tetap melibatkan Warga
masyarakat Desa Hatongga. Ada sebanyak 5 sampai 10 orang warga desa yang kita
libatkan sebagai pekerja. Tergantung kebutuhan pekerjaannya juga,"
jelasnya.(pls-1)