![]() |
Ribuan pengungsi korban erupsi Sinabung berunjuk rasa |
Ribuan pengungsi korban erupsi Sinabung asal empat desa,
diantaranya Desa Sigarang-garang, Kutagugung, Sukanlu Kecamatan Namanteran dan
Desa Mardinding Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Sumut, Senin (11/9) geruduk
Kantor Bupati Karo.
Para pengungsi yang terdiri dari para pelajar, kaum Bapak
dan Kaum Ibu didampingi Pospera Karo berunjuk rasa meminta penjelasan kepastian
akan nasib mereka yang sudah 7 tahun menetap di posko pengungsian. Mereka
menuding Pemkab Karo terkesan mengabaikan dan sengaja berlama-lama
merealisasikan hak yang sudah diberikan pemerintah pusat.
“Mana Bupati, kita jangan dibodoh-bodohi. Sudah 7 tahun
kami tinggal dipengungsian. Makan nasi, sayur dan ikan busuk dan tidur
beralaskan tikar. Sudah cukup kami makan janji-janji dari kalian. Kali ini kami
butuh kepastian,”ujar Koordinator orasi Heriko Sembiring dari atas sound system dengan suara lantang
yang diikuti yel-yel dari warga pengungsi.
Selain itu, mereka juga menuntut janji Pemkab Karo yang
akan memberikan biaya sewa rumah dan lahan, percepatan relokasi tahap III,
biaya anak sekolah dan meminta pembebasan lahan pengungsi di Jalan tembus
Kabupaten Karo-Langkat.
“Pemkab Karo keparat, anggota Dewan keparat. Jangan
kalian duduk-duduk saja dikursi empuk. Kalian dipilih rakyat, makan uang
rakyat. Kenapa kalian tak perduli dan membiarkan kami,”teriak warga pengungsi.
Sambil menunggu kedatangan Bupati Karo Terkelin Brahmana,
SH dan SKPD terkait. Massa memblokir ruas jalan raya jurusan Berastagi-Kabanjahe
dan sebaliknya. Hingga terjadi kemacetan sepanjang 12 Km selama 2 jam.
Pemblokiran ini dilakukan, karena mereka dilarang masuk oleh Satuan Polisi
Pamong Praja (Satpol PP) dan personil Polres Karo di halaman kantor Bupati.
Pintu gerbang ditutup rapat, begitu juga dengan personil Lantas Polres Karo
yang terlihat kewalahan mengatur arus lalulintas.
Setelah adanya koordinasi diantara wakil rakyat, Bupati
dan Wabupnya didampingi SKPD terkait dan beberapa Camat. Bupati langsung
menemui para pengunjuk rasa. “Saudara-saudara sekalian, kita harus bersabar
menunggu. Mudah-mudahan seminggu ini sudah terealisasi. Semua posko akan clear
(Kosong), siang nnati kami akan adakan rapat, undangan sudah ada sama kami.
Jadi tolong dimengerti, karena semua ini harus menggunakan proses. Saya janji,
paling lama minggu ini sudah selesai,” ujar Bupati.
Tampak, penjelasan Bupati tidak digubris para pengunjuk
rasa. Mereka meneriaki Bupati dengan kata pembohong,” Pembohong, ula kena bual
(jangan kalian bohongi) kami. Sudah bekali- kali kalian rapat, tapi sampe
sekarang tak ada solusinya. Rapat-rapat saja terus, sudah ribuan kali rapat.
Coba seminggu saja Pak Bupati tinggal dengan kami di posko. Kami yang masak,
tapi tinggal bersama kami diposko. Biar kami lihat dulu bagaimana perasaan
kalian,”ujar pengungsi dengan lantang.
Karena warga terus mengancam akan tidur di Kantor Bupati.
Akhirnya dengan hasil negoisasi, Bupati didampingi SKPD terkait dan Assisten
Setdakab Karo dipersilahkan melakukan rapat di Hotel Sibayak dengan pihak
Pemprovsu yang dikawal oleh masing-masing Kepala Desa. Dengan catatan, pukul
14:00 Wib, jawaban sudah ada dan permintaan warga terealisasi. “Kalau jam 2
siang ini, belum ada jawaban yang pasti. Kami akan tidur dan masak disini,” teriak
warga.
Tudingan dan kata-kata kotor yang dilontarkan warga
pengungsi bukan tak beralasan. Massa awalnya berkumpul di Makam Pahlawan
Kabanjahe sekira pukul 09:00 Wib bergerak perlahan menuju halaman kantor DPRD.
Mereka serempak meneriaki aspirasinya sembari mencari wakil rakyat.
“Mana wakil rakyat, jangan kalian diam saja. Lihat nasib
kami yang sudah 7 tahun tinggal di posko pengungsian. Mana hati nurani kalian
ini,” ujar pengungsi.
Karena situasi terlihat mulai memanas, tak lama
berselang, Ketua DPRD Nora Else Surbakti didampingi Inolia br Ginting, Jon
Karya Sukatendel, Onasis Sitepu, Jidin ginting, Sarijon Bako dan Efendi
Sinukaban datang menemui pengunjuk rasa.
Para pengungsi meminta wakil rakyat agar bersama-sama
menemui Bupati Karo di Kantornya. Suasana agak memanas, pasalnya, warga
pengungsi sempat menunjuk-nunjuk wajah para wakil rakyat itu.
“Kalian pecundang, hanya enak-enak saja duduk dikursi
empuk tanpa memikirkan nasib kami. Memang kalian-kalian semua pecundang,
pecundang dan penakut,” ketus pengungsi dengan nada suara yang begitu keras.
Akhirnya, anggota DPRD menyetujui permintaan warga
mendatangi kantor Bupati. “Kita sangat mengerti keadaan kalian, untuk itu mari
kita sama-sama menemui Bupati di kantornya,” ujar Ketua DPRD Nora Else
Surbakti.
Selanjutnya, massa dan para wakil rakyat bersama-sama
menuju kantor Bupati dengan berjalan kaki. Sepanjang jalan, massa berjalan
dengan tertib sambil bernyanyi lagu Indonesia Raya dan membawa spanduk
bertuliskan “Kami Menyerah Jokowi. 7 Tahun Mengungsi Tanpa Solusi, Pengungsi
Sinabung Juga Bagian Dari NKRI” Merdeka ataoe Ngoengsi”.
Hingga berita ini dikirim ke meja redaksi. Para pengungsi
masih menunggu hasil rapat yang telah dijanjikan Pemkab Karo. Sambil menunggu,
mereka duduk-duduk sembari menari dan menyanyi dijalan. (Marko Sembiring)