Kedatangan pejabat instansi terkait itu untuk melihat langsung kondisi di lapangan dan sudah sampai sejauh mana dikerjakan. Saat dikonfirmasi pada Selasa (26/9) di lokasi proyek, Janso Sipahutar menyatakan, pihaknya sudah melayangkan teguran secara tertulis kepada rekanan yang disampaikan melalui Ratno yang menjabat mandor di lapangan.
Selain teguran secara tertulis, Janso Sipahutar juga menghubungi pihak rekanan via selular agar menghentikan proyek jika air yang dipakai untuk mencampur semen dan pasir adalah air parit. Karena hal itu bertentangan dengan kontrak yang pengerjaannya hingga 28 Desember 2017 mendatang. “Terimakasih atas informasinya. Kalau tidak diberitahu sama rekan wartawan, mungkin kami tidak tau jika yang digunakan untuk mencampur semen dan pasir adalah air parit,” sebut Janso.
Sedangkan Mandor Lapangan Ratno ketika dikonfirmasi mengakui
jika pada Sabtu (23/9) lalu terpaksa menggunakan air parit karena mobil yang
mengantar air bersih tidak datang. Namun saat ini pihaknya sudah memakai air
sumur milik warga untuk mencampur semen dan pasir,” kita sudah memakai air
sumur milik warga,” ujarnya.
Sementara itu pantauan di lapangan, pengerjaan proyek itu
terkesan mengganggu arus lalu lintas di Jalan Kartini. Karena batu sirtu maupun
pasir yang ditumpuk di tepi jalan berserak hingga ke tengah jalan. Para
pengendara pun terpaksa ekstra hati-hati jika melintas di Jalan Kartini.(walsa)