![]() |
Ilustrasi nelayan kesulitan solar |
BELAWAN - Sejak 2 bulan belakangan ini, bahan bakar
minyak (BBM) jenis solar sulit diperoleh nelayan di Belawan. Akibatnya, ribuan
kapal nelayan skala kecil tidak melaut.
Salah satu
nelayan, Andika, Rabu (30/5), mengatakan, kesulitan mereka memperoleh solar
diakibatkan tutupnya tiga stasiun pengisian bahan bakar nelayan (SPBN) yang
berada di Kampung Kurnia, Gudang Arang dan Jalan Panah Hijau, Marelan.
Sejak itulah, kata
pria nelayan berusia 39 tahun ini, banyak nelayan yang ingin mencari solar di
beberapa SPBU tidak diperkenankan untuk membeli, sehingga mereka harus memilih
tidak melaut.
"Rata - rata,
kami nelayan kecil banyak tidak melaut, bayangkan saja, satu kapal kami harus
cari 35 liter solar, tapi sampai saat ini sulit kami dapatkan, kami mau beli di
SPBU tidak diperbolehkan," sebut Andika.
Dikatakan pria
yang menetap di Gudang Arang Belawan ini, dampak dari sulitnya solar,
mengakibatkan banyak nelayan yang menganggur tidak bisa mencari ikan ke laut.
"Kami sudah
diskusikan ini, masalah ini akan segera kami surati ke PT Pertamina, agar bisa
memikirkan nasib kami. Karena, alasan tutupnya 3 SPBN tidak kami ketahui,
sehingga kami tidak bisa memperoleh solar," keluh Andika.
Menyikapi itu,
Ketua Aliansi Nelayan Selat Malaka (ANSM) Sumut, Abdul Rahman mengatakan,
pihaknya akan memediasi keluhan nelayan terkait masalah solar yang sulit
diperoleh, rencananya pihaknya akan menyurati Dinas Perikanan dan Kelautan
(Diskanla) untuk memberikan solusi.
Artinya, dinas
yang menggaungi nelayan bisa berkordinasi dengan pihak PT Pertamina agar dibuat
SPBN khusus yang bisa memberikan pelayanan solar subsidi kepada nelayan.
"Masalah ini
sudah lama terjadi, harapan kita ini segera disikapi oleh Diskanla dan PT
Pertamina, agar kebutuhan solar nelayan dapat dipenuhi," terang pria akrab
disapa Atan.
Terpisah, Humas PT
Pertamina, Rudi Ariiffianto berulang kali dikonfirmasi tidak menjawab
ponselnya, begitu juga di sms tidak mau menjawab. (mu-1)