![]() |
foto Dika ferdian saat bersama abangnya. |
Riyan Affandi masih terlihat tidak penuh semangat ketika
diwawancarai wartawan di kediamannya, Jalan Gunung Bendahara, Lingkungan I,
Kelurahan Pujidadi, Binjai Selatan, Senin (2/7/2018). Saat ditemui wartawan,
sulung dari lima bersaudara itu mengenakan kemeja biru dipadu celana panjang
jeans hitam.
Dia juga meyakini,
perangkat Remotely Operated Vehicle (ROV) yang menyalami Danau Toba hingga
sukses mengidentifikasi sejumlah sepedamotor, hingga seorang jasad bocah
terbujur kaku mengenakan jaket merah lis merah itu adalah bungsunya, Dika
Ferdian.
Selain bocah 9 tahun yang terbujur kaku, perangkat ROV juga
mengidentifikasi bangkai Kapal Motor Sinar Bangun. "Saya senin kemarin
(25/5) sampai di Binjai," ujar pria yang akrab disapa Fandi ini
Wajah Fandi masih
terlihat murung dan sedih. Pascakejadian, dia langsung berangkat ke Posko
Pelabuhan Tigaras. Tepat jasad ibundanya Fahriyanti ditemukan, Fandi sudah
berada di posko utama tersebut.
"Secara kasat
mata, saya yakin itu (memang) adik saya. Persis sekali itu dia adik (Dika) saya
yang paling kecil," ujarnya.
Dia mengaku, keluarga sederhana mereka memang kerap
berwisata setiap libur hari besar. Bagi dia, sang ayah, Burhanuddin kerap
mengajak anak-anaknya liburan. Fandi selamat dari kejadian nahas tersebut
lantaran 3 bulan belakangan sebelum terjadi, bekerja sebagai tukang stiker di
Sibolga.
Kali terakhir berkomunikasi dengan keluarga, ingat Fandi,
pada hari Raya Idul Fitri 1439 Hijriah pertama, Jum'at 15 Juni 2018. Dalam
komunikasi singkat itu, sang ayah yang saat ini jasadnya belum ditemukan
menyatakan bahwa, keluarga mau berangkat touring ke Danau Toba. "Bapak
suka jalan-jalan memang, mengajak sekeluarga," kenangnya.
Saat perjalanan touring sekeluarga itu, adik Fandi,
Neneng Nur Ainun sempat mengunggah foto ke media sosial Facebook. Dalam bingkai
pada foto yang diunggah, sang ibu Fahriyanti yang sudah dimakamkan di Kota
Rambutan tersebut berfoto dengan Dika Ferdian dengan mengenakan jaket merah.
"Tahu dari facebok adik (Neneng), setelah saya lihat-lihat foto,"
jelasnya.
Diajak wartawan mengenang kepribadian Dika Ferdian, Fandi
mulanya menolak. Usaha wartawan juga tak
kendur begitu saja. Bagi dia, Dika adalah sosok anak-anak yang manja.
Dia mengenang saat berkomunikasi melalui telepon selular
dengan Dika. Fandi yang lebih sering menetap di Sibolga itu kerap ditanya oleh
Dika tentang kapan pulang ke Kota Rambutan. "Bang Fandi kapan pulang
kemari (Binjai), adik kangenlah," ujar Fandi menirukan ucapan Dika.
Komunikasi
tersebut dilakukan sebelum puasa pertama. "Pas sebelum puasa saya akhirnya
pulang, sekitar 20 hari sebelum puasa. Jumpa sama keluarga. Dua malam saja
kemudian pulang lagi ke Sibolga," kenangnya.
Dika masih mengenyam bangku sekolah dasar yang saat ini
akan menempuh kelas 4. Apakah Dika pernah meminta sesuatu kepada Fandi? Fandi
mengaku ada.
"Tahun ini
(2018) lupa bulan berapa, Dika minta beli Al-Quran yang pakai terjemahannya.
Pas saya di Sibolga (minta belikannya)," ujar Fandi.
Sayangnya,
permintaan Dika tak terpenuhi Fandi. Raut wajahnya menjadi sedih ketika
wartawan menanyakan apakah permintaan tersebut terpenuhi atau tidak. Karenanya,
Fandi berharap, agar seluruh jasad keluarganya dan korban lain dapat ditemukan.
"Itulah sedihnya, enggak sempat terbelikan," kenangnya sedih
mengakhir wawancara Sumut Pos.
Sebelumnya, sekeluarga itu pergi liburan dengan touring
jalur darat mengendarai tiga sepeda motor, naik motor Sonic, Supra dan Beat.
Mereka di antaranya pasangan suami istri Burhanuddin (48) dan Fahrianty (47)
beserta empat anaknya yakni Dede Handrian, (23) Neneng Nur Ainun (19) Maya Oktavianty
(17) Dika Ferdian (9) dan seorang menantu Yani (20).
"Pas Lebaran,
Bapak sempat pergi ke Belawan. Baru balik ke Binjai. Habis itu lah mereka pergi
touring naik motor semua. Ada tiga motor ngambil jalur mutar mereka dari
Karo-Dairi-Samosir-Simalungun," ujar Erwin, anak angkat keluarga tersebut
sambil memegang foto keluarga Burhanuddin.
Erwin sebut tidak ada firasat apapun sebelumnya atas
tragedi maut KM sinar banggun yang terjadi bebera waktu yang lalu. (Ismail)