![]() |
Thomas Tampubolon |
Menurut informasi, kelangkaan tabung elpiji isi 3 kg ini
juga kerap dialami beberapa warga Lubuk Pakam lainnya. Namun hingga kini warga
belum mengetahui apa penyebab langkanya tabung elpiji yang bersubsidi saat ini.
Akibatnya warga sulit mendapatkannya dan ujungnya jika ada di warung warung
pasti harganya akan mahal. "Capeklah keliling keliling cari tabung gas
nya. Entah sudah berapa warung ku jalani tapi gak ada barangnya. Mau beli aja
pun awak sulit?" kata Thomas Tampubolon.
Lanjut Thomas, keberadaan tabung elpiji isi 3 kg di
warung warung kelontong biasanya dipasok oleh para penjual keliling yang
menggunakan betor. Namun sudah hampir 1 minggu tabung elpiji yang disubsidi
pemerintah ini bisa langka tiba tiba dipasaran. "Kalau harga dipangkalan
yang pernah kubeli Rp 16ribu. Tapi kalau sudah di warung kelontong bisa harga
ecerannya sampai Rp 22ribu. Untuk kebutuhanku 1 tabung 1 hari pasti habis,” terangnya.
Hal serupa yang dialami Thomas Tampubolon ternyata juga
dirasakan Mak Gerland. Ibu rumah tangga beranak satu yang tinggal di Desa
Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam ini juga mengaku kesulitan mendapatkan
tabung elpiji isi 3 kg. Kalau pun ada yang jual namun harganya jauh lebih
mahal. "Karena butuh terpaksa lah aku beli harga Rp 23ribu. Daripada gak
bisa masak?" keluh Mak Gerland.
Terpisah, Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Deliserdang
Haris Binar Ginting saat dikonfirmasi wartawan Ssabtu sore, merasa terkejut
mendapat kabar langkanya tabung elpiji isi 3 kg di kawasan Lubuk Pakam.
Padahal menurutnya pihak Pemkab Deliserdang sudah
menambah kuota tabung elpiji untuk memenuhi kebutuhan warga Deliserdang.
"Pemkab sudah menambah kuotanya kok bisa jadi langka dipasaran. Secepatnya
akan kita periksa pangkalan elpiji yang ada di Lubuk Pakam. Makasi info nya
ya?" kata Haris Binar Ginting. (wan)