Ajak Berbagai Elemen Lestarikan Bahasa Batak
![]() |
Seminar Bahasa Batak di Gedung serbaguna SMK Negeri 1 Balige.
|
Group Palambok Pusu-pusu (GP3) adalah group kumpulan
orang-orang Batak di Media Sosial Facebook Yang beranggotakan sekitar 9.772 akun.
Dalam kesempatan Acara tersebut, Ana Elprida Siahaan Ketua Panita acara Seminar
Bahasa Batak juga salah satu anggota GP3 sangat mendukung kegiatan tersebut.
"Adapun diadakannya kegiatan ini dan dimotori oleh
bapak M Tansiswo Siagian seorang pegiat, pecinta Bahasa Batak yang telah
mendapat penghargaan Anugerah tahun 2017 dari yayasan Azip Rosisto. Bahwa group
tersebut para anggota group wajib menulis dan memberi komentar dalam bahasa
Batak baik dalam cerita bersambung, puisi, ataupun dalam bentuk humor," katanya.
Selanjutnya, sambutan Bupati Toba Samosir Ir Darwin
Siagian yang diwakili oleh Parulian Siregar Asisten Tiga Pemkab Tobasa
mengatakan Sangat memberikan Apresiasi yang sangat tinggi dengan diadakannya
seminar Bahasa Batak tersebut.
"Dikarenakan, saat ini di beberapa daerah yang
didiami orang Batak sering menggunakan bahasa Indonesia, dan tidak mengajarkan
bahasa Batak. Jadi ada kemungkinan bahasa Batak akan punah bila hal ini
dibiarkan terus menerus. Dengan kegiatan-kegiatan seperti ini kita berpeluang untuk
mempertahankan bahasa Batak. Mari kita praktekkan tiap hari kepada anak-anak
kita. Mudah-mudahan budaya kita dapat kita pertahankan bahasa Batak dan surat
Batak," Parulian Siregar.
Demikian juga dengan Ketua Group Palambok Pusu-pusu M
Tansiswo Siagian sekaligus pemrakarsa Kegiatan ini, Secara singkat mengatakan
untuk bersama menjaga Bahasa Batak agar tidak Punah. "Molo so Hita, ise
be. Molo Dang soanari andigan be (Kalau bukan kita siapa lagi, jika tidak
sekarang kapan lagi)," sebutnya dengan semangat sembari mengakhiri
sambutannya.
Di dalam materi acara seminar Bahasa Batak tersebut
Kepala Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak Universitas HKBP
Nomensen Manguji Nababan memaparkan sebab secara kultural Punu (punah) adalah
suatu yang amat tidak disenangi oleh orang Batak apalagi kepunahan itu sudah
jelas ada dihadapan mata dan gong kematian itu hanya menunggu waktu saja. Hal
itu tentu sangat menyedihkan bagaimana kondisi Bahasa Batak sekarang.
Diketahui menurut hasil identifikasi badan Bahasa
Kemendikbud dari 617 Bahasa daerah yang ada di Indonesia 319 Bahasa dinyatakan
berstatus terancam punah, serta 15 bahasa dinyatakan punah. Dan penyebab
kepunahan itu jamak. Bisa karena kemajuan jaman, penemuan tekhnologi,
globalisasi, proses migrasi, perkawinan antar etnik dan sebagainya.
"Kebijakan pemerintah Provinsi Sumatera Utara
(Sumut) nomor 8 tahun 2017 tentang pengutamaan Bahasa Indonesia, perlindungan
Bahasa daerah dan sastra Daerah. Perda ini adalah Yang pertama di Indonesia
yang mengatur perihal perlindungan bahasa dan sastra Indonesia dan daerah
Sumut. Untuk itu, atas nama kelestarian kearifan lokal Batak, alangkah bijak
jika stakeholder di Daerah kabupaten sekawasan Danau Toba menerjemahkan
Undang-undang ini lewat tindakan nyata," dalam paparan materinya.
"Tampakna do tajomna rim ni tahi do gogona,
masyarakat pemerintah, budayawan,tokoh pendidik, tokoh adat, putra-putri
perantau asal tanah Batak, mari bahu membahu merawat dan palumehon ugari
habatahon kepada generasi penerus kita. Jika tidak demikian, suatu saat budaya
lokal yang merupakan warisan leluhur kita itu akan tergerus dan punah menjadi
fosil kebudayaan," lanjutnya.
Dalam Acara Seminar Bahasa Batak Palambok Pusu-pusu
tersebut dihadiri oleh Nestor Rico Wartawan, Sastrawan, Penulis Skenario
Jakarta, Tambunan, St Prof.DR Albiner Siagian guru Besar FKM USU, Motivator dan
Penggiat Sastra Batak, Pdt Demak Simanjuntak,MTh Ketua Sekolah Tinggi Guru
Huria di Sipoholon Tarutung, Sekdis Pendidikan Tobasa Parlindungan Naipospos,
Kadis Pariwisata, Para Kepala Sekolah SD dan SMP se Kabupaten Toba Samosir.(OS)