JAKARTA | Pengusaha
nasional, Eka Tjipta Widjaja, yang juga pendiri Sinar Mas, meninggal dunia pada
Sabtu (26/1/2019) malam pukul 19.43 wib. Wafatnya salah satu orang terkaya di
Indonesia ini dibenarkan Managing Director Sinar Mas Group, Gandi Sulistiyanto.
Dikatakan Gandi, Eka Tjipta wafat dikarenakan faktor lanjut
usia. Almarhum tutup usia 97 tahun di kediamannya di Menteng, Jakarta Pusat.
Menurut informasi di Wikipedia, Eka Tjipta Widjaja yang lahir
dengan nama Oei Ėk-Tjhong di Quanzhou, Fujian, Tiongkok, 27 Februari 1921 silam
meninggal di Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia.
Almarhum merupakan pendiri Sinar Mas Group. Dia adalah salah
satu konglomerat terbesar pada masa Orde Baru. Bank andalannya, BII atau Bank
Internasional Indonesia, mendanai banyak usahanya yang lain yang menjadikannya
sebagai raja kopra pada waktu itu.
Pada tahun 2011, menurut Forbes, Eka Tjipta menduduki
peringkat ketiga orang terkaya di Indonesia, dengan total kekayaan US$8 miliar.
Kemudian pada tahun 2018, dia tercatat memiliki aset senilai US$13,9 miliar (Rp
201,5 triliun) dan menduduki peringkat kedua orang terkaya di Indonesia menurut
penghitungan Globe Asia.
![]() |
Eka Tjipta Widjaja semasa hidup |
Eka Tjipta membantu penjualan produk toko ayahnya dengan
cara mendatangi warga dari pintu ke pintu. Dia hanya mengecap pendidikan sampai
lulus SD saja akibat tak ada biaya untuk melanjutkan sekolah.
Barang dagangan ayahnya yang dia jual itu di antaranya,
kembang gula, biskuit serta beberapa jenis lainnya. Eka menjualnya dengan
berkeliling Kota Makassar naik sepeda. Meski sulit, Eka terus mencari cara
untuk dapat berdagang lebih banyak lagi demi membantu perekonomian keluarga.
Bahkan ijazah SD-nya dijaminkan kepada pemasok untuk mendapatkan kepercayaan.
Pada saat berusia 37 tahun, Eka pindah ke Surabaya.
Setelah berjuang keras, akhirnya usaha yang dijalankannya mulai sukses besar.
Eka pun akhirnya memiliki kebun kopi dan kebun karet di Jember. Dan Sinar Mas
yang awalnya berbentuk CV kini telah melebar ke bisnis keuangan, bubur kertas,
agrobisnis, serta perumahan.
Seiring dengan bisnisnya yang terus berkembang, ia
mendirikan PT Tjiwi Kimia pada 1976 yang bergerak di bidang bahan kimia.
Kemudian pada tahun 1980-1981, ia membeli perkebunan kelapa sawit seluas 10
ribu hektar, mesin serta pabrik berkapasitas 60 ribu ton di Riau serta
perkebunan dan pabrik teh seluas 1.000 hektar berkapasitas 20 ribu ton. Tahun
1982, ia membeli Bank Internasional Indonesia (BII) yang kemudian berkembang
pesat, dari dua cabang dengan aset Rp.13 milyar menjadi 40 cabang dan cabang
pembantu, dengan aset Rp. 9,2 trilyun.
Eka juga melebarkan kerajaan bisnisnya di bidang real
estate. Meski pernah berjaya, bisnisnya juga pernah dihantam krisis pada saat
krisis ekonomi di tahun 1998. Namun, nasib baik masih berada di pihak Eka.
Perlahan-lahan, dengan keteguhan dan keuletan, Sinar Mas bangkit menyelesaikan
persoalannya.
Keberhasilan Eka dalam menjalankan bisnisnya tidak lepas
dari prinsip hidup yang dipegangnya. Bagi dia, kesulitan apa pun yang dihadapi
dalam menjalankan bisnis, asal punya keinginan untuk berjuang, pasti semua
kesulitan bisa diatasi. Prinsip selanjutnya, jujur, menjaga kredibilitas,
bertanggung jawab, baik terhadap keluarga, pekerjaan maupun lingkungan sekitar.
Hidup hemat dan tidak berfoya-foya. Eka pun mendirikan sebuah yayasan sosial
bernama Yayasan Eka Tjipta Foundation.(red)