JAKARTA | Yakin
bahwa Jokowi-Amin akan ditetapkan sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih,
Relawan Jokowi Center Indonesia (RJCI) bersama sejumlah elemen membentuk
aliansi demokrasi dan menawarkan sejumlah figur kandidat yang ideal dan layak
menjadi pembantu presiden dalam Kabinet Indonesia Kerja II masa kerja 2019-2024
mendatang. Dua di antaranya adalah orang bermarga Batak Toba.
Untuk kandidat pertama, sudah tak asing lagi. Dia adalah Jend
(Purn) Luhut Binsar Panjaitan. Kali ini, pria yang sudah malang melintang di
dunia intelijen nasional dan internasional ini digadang-gadang bakal menduduki
jabatan sebagai Menteri Koordinator Bidang Sumber Daya Alam.
Sosok purnawirawan Jenderal TNI kelahiran Simargala, Huta
Namora, Silaen, Toba Samosir, Sumatra Utara pada 28 September 1947 lalu ini, sepertinya
belum dapat tergeserkan di komposisi pemerintahan Jokowi.
Menurut catatan, pria yang kini menjabat sebagai Menteri
Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia ini keberadaannya masih sangat
strategis. Bahkan sempat diisu-isukan sebagai ‘Tthe Real President’ dalam
beberapa karya tulis dan pemberitaan di sejumlah media massa.
Sebelumnya, dia menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan
Republik Indonesia sejak 31 Desember 2014 hingga 2 September 2015. Pada 12
Agustus 2015 ia ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo menjadi Menteri Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan menggantikan Tedjo Edhy Purdijatno.
Dalam reshuffle Kabinet Kerja Jilid II pada tanggal 27
Juli 2016, dia diangkat menjadi Menteri Koordinator Kemaritiman menggantikan
Rizal Ramli. Pada tanggal 15 Agustus 2016, Presiden Joko Widodo mengambil
langkah terkait polemik kepemilikan paspor Amerika Serikat (AS) Menteri ESDM
Arcandra Tahar, sehingga Presiden Joko Widodo memberhentikan secara hormat
Arcandra Tahar dari Menteri ESDM, dan menunjuk Luhut Binsar Pandjaitan yang
juga menjadi Menko Maritim, untuk menjadi pejabat sementara (Plt) Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral.
Sebelum masuk dalam Kabinet Kerja, Luhut Pandjaitan
pernah menjabat sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan Tahun 2000 - 2001
saat Abdurrahman Wahid menjabat sebagai Presiden RI 1999 - 2001. Sebelum
menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan, ia menjabat Duta Besar Republik
Indonesia untuk Singapura.
Selain itu, tahun 2001 Luhut bersama istrinya, Devi, membuat
sebuah yayasan misi sosial bernama Yayasan Del. Tujuannya adalah untuk
mengoptimalkan sumber daya manusia Indonesia agar menjadi manusia yang berguna
bagi bangsa dan negara.
Yayasan Del bergerak di sektor pendidikan, teknologi,
kesehatan, kemanusiaan dan membangun panti asuhan. Selain itu Del juga
memberikan program beasiswa tanpa membedakan status maupun golongan. Program pertamanya adalah dengan mendirikan
Politeknik Informatika Del yang kini telah menjadi Institut Teknologi Del, di
tepi Danau Toba. Tepatnya di Sitoluama, Laguboti, Kab. Tobasa. Sekarang, IT Del
telah membuka program studi baru, yaitu: S1 Teknik Manajemen Rekayasa, Teknik
Bioproses, Sistem Informasi dan Teknik Informatika, serta D3 Teknik
Informatika.
Sedangkan orang Batak Toba kedua yang diusung di Kabinet
Jokowi-Amin adalah Rekson Silaban SE. Untuk kalangan buruh, aktifis, birokrat tingkat
nasional dan jajaran BPJS Ketenagakerjaan, nama pria kelahiran Kota
Pematangsiantar, 8 Mei 1966 ini, sudah tidak asing lagi.
Pria yang hobby membaca dan menulis ini cukup lama
menjalani pendidikan di Sumatera Utara. Dia mengawali sekolah di SD Negeri
Lintong Nihuta, Kabupaten Tapanuli Utara dan tamat pada 1977. Kemudian Rekson
melanjutkan sekolah di SMP Negeri 2 Pematangsiantar dan tamat tahun 1981, SLTA
di SMEA Negeri Pematangsiantar tamat tahun 1984, dan kuliah di Universitas
Simalungun dengan mengambil jurusan manajemen dan diwisuda tahun 1996.
Dari bangku perkuliahan, dia menjejakkan kaki di dunia
aktifis, khususnya perburuhan. Bahkan Rekson sudah malang melintang mengikuti berbagai
kegiatan di tingkat internasional dan mendapatkan sejumlah kursus dan pelatihan
dari luar negeri.
Bahkan sejak tahun 2005 hingga 2014 lalu, Rekson tak
dapat digeser posisinya sebagai Dewan Pengarah (Governing Body) di Organisasi
Ketenagakerjaan PBB atau yang lebih dikenal dengan sebutan ILO alias
Internasional Labour Organization. Sehingga dia sering diundang sebagai
pembicara di berbagai acara yang menghadirkan perwakilan bangsa-bangsa.
Di masa itu juga, tepatnya sejak 2007 hingga 2012, pria
yang kini menetap di Kelurahan Rawasari, Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat
ini dipercaya menjabat sebagai Komisaris di PT Jamsostek dan hingga kini masih
dipercaya sebagai Dewan Pengawas di BPJS Ketenagakerjaan. Rekson juga pernah
duduk sebagai Presiden di Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI)
sejak 2005 hingga 2014 dan saat ini di organisasi yang sama dipercaya sebagai
MPO.
Kemudian dia juga pernah duduk sebagai Majelis Umum di
Internasional Trade Union Confederation (ITUC) di Belgia dan tahun 2005 hingga
2015 dan di organisasi yang sama menjabat sebagai Wakil Presiden pada tahun
2007 hingga 2010, serta seabrek jabatan lainnya di tingkat nasional dan
internasional. Jadi kalau soal berbahasa asing, pria yang sudah seabrek menghasilkan
berbagai karya tulis itu sudah tak perlu diragukan lagi.
"Pemilihan figur dan kandidat menteri maupun pejabat
setingkat menteri ini didasarkan pada banyak pertimbangan dengan memperhatikan
kompetensi, karakter integritas dan rekam jejak figur. Kami juga menerima
masukan dan usulan dari masyarakat," kata juru bicara aliansi, Raya
Desmawanto M.Si, baru-baru ini.
Aliansi ini, kata Raya, terdiri dari RJCI, Rumah
Nawacita, Perhimpunan Masyarakat Agraria dan Desa (Permadas), Alumni Perguruan
Tinggi Provinsi Riau berSATU serta Pusat Kajian Demokrasi, Kebijakan dan
Pembangunan Daerah (Puskabda).
Dia dan rekan-rekan aliansi menilai, periode kedua masa
pemerintahan Jokowi merupakan momentum untuk percepatan pembangunan, penegakan
supremasi hukum, pembangunan sumber daya manusia dan kemajuan lain di segala
sektor.
Raya menjelaskan, tidak semua struktur dan komposisi
menteri diusulkan oleh aliansi. Pada jabatan menteri-menteri tertentu, pihaknya
tidak merekomendasikan figur tertentu. "Ini adalah sebuah usulan. Tentu
saja keputusan penentuan kabinet mutlak di tangan Presiden Jokowi. Kami
meyakini, Beliau akan memilih figur yang paling tepat dalam rangka percepatan
menuju Indonesia Maju, sebagaimana menjadi jargon kampanye beliau,"
pungkas Raya.
Berikut Daftar Usulan/ Kandidat Figur Kabinet Indonesia
Kerja Periode 2019-2024:
MENTERI KOORDINATOR:
1. Menteri Koordinator Bidang Polhukam: Jend (Purn)
Moeldoko
2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian: Darmin
Nasution
3. Menteri Koordinator Bidang Sumber Daya Alam: Jend
(Purn) Luhut Binsar Panjaitan
MENTERI-MENTERI:
1. Menteri Sekretaris Negara : Prof. Dr. Pratikno
2. Menteri Dalam Negeri: Jend (Pol) Tito Karnavian
3. Menteri Luar Negeri : Retno Lestari Priansari Marsudi
4. Menteri Hukum dan HAM: Prof. Mahfud Md
5. Menteri Keuangan: Sri Mulyani
6. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN): Ignatius
Jonan
7. Menteri Ketenagakerjaan: Rekson Silaban
8. Menteri PU dan Perumahan Rakyat: Basuki Hadi Muljono
9. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan: Susi
Pujiastuti
10. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN: Basuki
Tjahaya Purnama (Ahok)
11. Menteri Agama dan Kebudayaan: Prof. Dr. Komaruddin
Hidayat
12. Menteri Sosial: Raja Juli Antoni
13. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak:
Yenni Wahid
14. Menteri Perguruan dan Pendidikan Nasional: Jend
(Purn) Prof. Dr. Rhenald Kasali
15. Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi: Prof. M. Nasir,
Ph.D, Ak
16. Menteri Pemuda dan Olahraga: Erick Thohir
17. Menteri Kelautan dan Perikanan: Prof. Dr. Aras
Mulyadi, DEA
18. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral: Archandra
Tahar
19. Menteri Pembangunan Desa, Transmigrasi dan Daerah
Perbatasan: Drs. H. Syamsuar, M.Si
PEJABAT SETINGKAT MENTERI
1. Jaksa Agung: Artidjo Alkostar
JURU BICARA PRESIDEN
1. Tsamara Amany
2. Gideon Wijaya Ketaren
3. Budiman Sujadmiko
Organisasi/ Elemen Pengusul:
1. Relawan Jokowi Center Indonesia (RJCI)
2. Rumah Nawacita
3. Alumni Perguruan Tinggi Riau berSATU
4. Perhimpunan Masyarakat Agraria dan Desa (PERMADAS)
5. Pusat Kajian Demokrasi, Kebijakan dan Pembangunan
Daerah (Puskabda) - Center for Democracy, Policy and Regional Development
(Cedprev). (red)