Jakarta - Waspada, obat palsu kini kembali beredar di 197 apotek yang ada di kawasan Jabodetabek. Ironinya, Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT Jaya Karunia Investindo (JKI) terlibat dalam memproduksi dan mendistribusi obat palsu ke beberapa apotek.
Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi menyampaikan keluhan dan meminta agar apotek dan toko obat lebih jeli dan menyeleksi produk obat sebelum membeli dan menjualnya kepada konsumen.
"Apotek dan toko obat seharusnya bisa membedakan produk yang asli dan tidak. Karena masyarakat sulit mengetahui perbedaannya, apalagi dengan kemasan obat palsu yang makin mirip produk asli," kata Ketua Komite Perdagangan dan Industri Bahan Baku Farmasi Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Vincent Harijanto, Rabu (24/7/2019).
Dijelaskannya, perbedaan pertama diketahui lewat harga yang ditawarkan PBF pada apotek dan toko obat. "Pengusaha apotek dan toko obat jangan keburu tergiur dengan potongan harga yang ditawarkan. Sebaliknya, pengusaha harus curiga jika harga yang ditawarkan lebih rendah dari standar yang ditetapkan," pintanya.
"Misalnya biasa beli 10 boks, eh tiba-tiba dibilang kalo beli 20 boks dapat diskon 30 persen. Yang seperti ini harus dicurigai, karena mana bisa PBF ngasih diskon sebesar itu. Boleh saja tertarik beli, tapi harus dipikirkan lagi," kata Vincent.
Hal lain yang wajib diperhatikan adalah kemasan produk ketika sampai di apotik dan toko obat. Produk obat asli mengikuti standar dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Pemalsu biasanya akan membuat serapi mungkin hingga terlihat seperti yang asli, sehingga tak ada salahnya lebih jeli memperhatikan kemasan produk obat. (hen/dc)