MEDAN | Warga
Sumut, terutama yang sering melintasi Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat,
pasti banyak yang bertanya-tanya kenapa Jembatan Baru Sei Wampu tak kunjung
bisa digunakan. Padahal paket pekerjaannya sudah dilakukan sejak tahun 2015
lalu.
Alhasil, kemacetan yang sering terjadi akibat tingginya
volume kendaraan yang tidak seimbang dengan sempitnya jembatan lama, tak pernah
bisa diatasi. Terkadang bila lalulintas sedang sangat padatnya, terutama di jam
masuk dan pulang kerja mau pun sekolah, antrian panjang bisa mencapai 3 sampai
5 kilometer.
Usut punya usut,
diduga ada ‘siluman’ dalam penggunaan anggaran pada proyek multiyears
ini. PT.KASN, perusahaan yang menjadi rekanan dalam pengerjaan proyek puluhan
miliar tersebut disyaki tak mampu menuntaskan kewajibannya.
Meski begitu, pekerjaan dengan nomor kontrak
02/KTR-APBN/498576/PPK-01/2015 tertanggal 3 Agustus 2015, tetap saja berjalan.
Bahkan berlanjut hingga tahun 2018. Padahal pekerjaan tersebut harusnya selesai
pada 21 Oktober 2017.
Banyak hal yang ingin ditanyakan redaksi kepada para petinggi
dan orang-orang yang berwenang di Kantor Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional
II Provinsi Sumatera Utara, Rabu (11/9/2019). Namun tak seorang pun pejabat
yang bersangkutan bisa ditemui dan dimintai klarifikasi.
Kepala Balai, Selamat Rasidi Simanjuntak yang
menggantikan pimpinan sebelumnya, Paul Siahaan, mengaku sedang berada di Nias
mengikuti kegiatan SAIL Nias. “Saya masih di Nias, mengikuti acara Sail Nias.
Oke ya, saya sedang rapat ya,” katanya langsung menutup selulernya.
Kemudian, wartawan juga menghubungi Kasatker I, Riwanto
Marbun. Namun tidak jauh berbeda, dia juga terkesan tidak bersedia dimintai
komentarnya. “Aku lagi di Jakarta. Aku rasa ke PPK nya Pak Surung Sirait saja
lah dulu kalau mau konfirmasi. Kalau penyimpangan volume tidak ada di situ,”
katanya.
Setelah diberitahu temuan dugaan penyimpangan bukan
terkait pekerjaan volume, tetapi dari segi administrasi yang diduga membuat
belasan miliar keuangan negara menjadi menguap, Riwanto sempat terdiam. Sesaat
kemudian, Riwanto meminta wartawan untuk menemui Surung Sirait dan mematikan
selulernya.
Sayang, hingga berita ini diterbitkan, Surung Sirait tak
kunjung bisa dikonfirmasi. Sepertinya nomor selulernya menggunakan aplikasi
penolakan otomatis terhadap nomor-nomor tak dikenal. Sehingga panggilan
wartawan selalu dirijeck.
Sedangkan SMS yang dilayangkan, masuk. Namun Surung
Sirait tak kunjung memberi balasan.(jon/bersambung)