![]() |
Kadis Pemdes Palas bersama Uspika tiga desa melihat Kompor Jok Oli saat tampil di BID tiga kecamatan di Kecamatan Huragi |
"Kami menyebutknya kompor Jok Oli, karena bahan bakar kompor ini bersumber dari sisa-sisa oli kotor atau oli bekas yang kami kutip dari sejumlah bengkel kenderaan bermotor di tempat kami" sebut Suratno, penemu Kompor Jok Oli tersebut, warga Desa Ujung Batu 3, Kecamatan Huragi, saat ditanyai wartawan.
"Dia disebut kompor Jok Oli, karena kalau bahan bakar oli bekasnya habis, maka ia ditambahi lagi atau bahasa jawanya di-jok," terangnya.
Disebutkannya, ide pembuatan kompor Jok Oli ini, sebagai mekanik kenderaan bermotor, di bengkelnya banyak tersedia oli bekas, yang ia pikir bisa menjadi sarana alternatif sebagai pengganti kayu bakar mauoun gas elpiji, yang kondisinya kian langka dan sulit di desa itu.
"Saya berpikir, oli bekas di bengkel saya banyak sekali dan melimpah. Sedangkan kondisi kayu bakar sulit dicari dan tabung gas elpiji sering langka, hingga harganya mencapai Rp 40.000 pertabung 3 kilogram," ujarnya.
Disebutkannya, awalnya oli bekas yang banyak tersedia, pada dasarnya kalau dibakar akan menyala. Bahan bakar oli bekas ini, dikombinasikan dengan angin yang bersumber dari alat blower, yang dihubungkan dengan kran tetesan oli bekas yang mengalir melalui pipa besi menuju ke tungku pembakaran.
"Hasilnya seperti terlihat, kondisi api di tungku kompor oli bekas ini tidak berasap dan kapasitas besar kecilnya api di tungku kompor, berdasarkan tetesan oli dari krannya," terangnya.
Keutamaan kompor Jok Oli ini bila dibandingkan dengan gas elpiji 3 kilogram dengan kayu bakar, tentu lebih hemat secara ekonomis.
Karena satu liter oli bekas itu, bisa untuk merebus sebanyak 15-20 liter air sekali masak. Kalau untuk kebutuhan memasak di rumah tangga, satu liter oli bekas bisa digunakan selama 3-4 hari.
"Karena oli bekas tidak dibeli, makanya kompor jok oli ini lebih hemat secara ekonomi. Tapi, oli bekas yang digunakan adalah oli bekas dari mobil atau truck. Karena lebih kental dari oli bekas sepeda motor," jelasnya.
Untuk modal pembuatan kompor Jok Oli ini, katanya, menghabiskan biaya sebesar Rp 700.000. Karena harga pembelian blower masih tinggi, yakni sebesar Rp 280.000 kapasitas dua inci.
Sementara itu, Kepala Desa Ujung Batu 3, Mardi menyebutkan, penemuan kompor Jok Oli ini sudah ditampilkan pada kegiatan Teknologi Tepat Guna (TTG) tingkat provinsi pada bulan September 2019 dan mendapatkan prestasi juara pertama penampilan stand terbaik, karena banyak pengunjung yang antusias melihat inovasi kompor Jok Oli tersebut.
"Dari Pemerintahan Desa Ujung Batu 3, kami berinisiatif untuk membantu penerbutan hak paten kompor Jok Oli ini dan membantu pemasarannya, terutama di masyarakat Kabupaten Palas," katanya. (Ms)
"Saya berpikir, oli bekas di bengkel saya banyak sekali dan melimpah. Sedangkan kondisi kayu bakar sulit dicari dan tabung gas elpiji sering langka, hingga harganya mencapai Rp 40.000 pertabung 3 kilogram," ujarnya.
Disebutkannya, awalnya oli bekas yang banyak tersedia, pada dasarnya kalau dibakar akan menyala. Bahan bakar oli bekas ini, dikombinasikan dengan angin yang bersumber dari alat blower, yang dihubungkan dengan kran tetesan oli bekas yang mengalir melalui pipa besi menuju ke tungku pembakaran.
"Hasilnya seperti terlihat, kondisi api di tungku kompor oli bekas ini tidak berasap dan kapasitas besar kecilnya api di tungku kompor, berdasarkan tetesan oli dari krannya," terangnya.
Keutamaan kompor Jok Oli ini bila dibandingkan dengan gas elpiji 3 kilogram dengan kayu bakar, tentu lebih hemat secara ekonomis.
Karena satu liter oli bekas itu, bisa untuk merebus sebanyak 15-20 liter air sekali masak. Kalau untuk kebutuhan memasak di rumah tangga, satu liter oli bekas bisa digunakan selama 3-4 hari.
"Karena oli bekas tidak dibeli, makanya kompor jok oli ini lebih hemat secara ekonomi. Tapi, oli bekas yang digunakan adalah oli bekas dari mobil atau truck. Karena lebih kental dari oli bekas sepeda motor," jelasnya.
Untuk modal pembuatan kompor Jok Oli ini, katanya, menghabiskan biaya sebesar Rp 700.000. Karena harga pembelian blower masih tinggi, yakni sebesar Rp 280.000 kapasitas dua inci.
Sementara itu, Kepala Desa Ujung Batu 3, Mardi menyebutkan, penemuan kompor Jok Oli ini sudah ditampilkan pada kegiatan Teknologi Tepat Guna (TTG) tingkat provinsi pada bulan September 2019 dan mendapatkan prestasi juara pertama penampilan stand terbaik, karena banyak pengunjung yang antusias melihat inovasi kompor Jok Oli tersebut.
"Dari Pemerintahan Desa Ujung Batu 3, kami berinisiatif untuk membantu penerbutan hak paten kompor Jok Oli ini dan membantu pemasarannya, terutama di masyarakat Kabupaten Palas," katanya. (Ms)