LANGKAT | Prihatin, Rafisqy Evano Abadi seorang balita usia 2,5 tahun harus berulangkali transfusi darah akibat menderita leukemia sejak didiagnosis lima (5) bulan lalu.
Leukemia adalah penyakit kanker darah akibat tubuh terlalu banyak memproduksi sel darah putih abnormal.
Terlahir dari keluarga sederhana, Rafisqy sangat membutuhkan uluran tangan para dermawan.
Begitu banyak dana diperlukan orang tua Rafisqy untuk pengobatan medis dan alternatif sehingga kekurangan biaya.
Bantuan dapat ditransfer melalui Bank BRI atas nama Heriansyah Abadi, Nomor Rekening 3276 - 0106 - 7795 - 539 atau langsung menghubungi nomor telepon/whatsapp: 0822-7627-5459.
Rafisqy terlahir dari pasangan suami istri Heriansyah Abadi dan Lia Pratiwi. Keduanya asli warga Dusun V Obyek, Desa Banyumas Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Heri panggilan akrab Heriansyah, berprofesi sebagai honorer di Pemkab Langkat yang bertugas sebagai security di DPRD Kabupaten Langkat. Penghasilannya dibawah upah minimum regional (UMR), hanya Rp1.250.000 perbulannya.
Sedangkan Lia Pratiwi istrinya, hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga.
Saat ini kondisi Rafisqy semakin memperhatikan. Tubuh mungilnya setiap hari kesakitan. Bahkan saat diangkat untuk dimandikan saja, Rafisqy merintih.
Matanya yang sayup mengeluarkan air mata, diiringi tangisan kecil dari bibirnya. Sebagai ungkapan rasa sakit luarbiasa yang dirasanya.
"Anak kami selalu berbaring, jika tubuhnya tersentuh langsung kesakitan. Apalagi saat harus dimandikan, meski pelan pelan mengangkatnya dia tetap saja kesakitan," ujar Heri, Kamis (21/4/2022).
"Sebagai orang tua hati kami sangat tersayat melihatnya. Namun karena kami yakin ini adalah takdir Allah SWT, kami tetap sabar dan ikhlas menjalaninya," piluhnya.
Sedihnya lagi, kata Heri, saat melihat anaknya bangun tidur di pagi hari. Mulutnya selalu dipenuhi darah segar.
"Hampir setiap pagi istri saya membersihkan mulut anak kami, yang penuh dengan darah," ungkapnya sedih.
Heri mengakui saat ini biaya yang dikeluarkan untuk mengobati anaknya sudah menghabiskan puluhan juta. Ia berupaya menyembuhkan anaknya dengan pengobatan alternatif dan medis dirumah sakit.
"Biayanya sudah Rp30 juta lebih, untuk berobat kesana kemari. Namun anak kami juga belum sembuh, jadi masih banyak biaya yang masih harus dikeluarkan kedepannya," katanya.
"Kami sangat mengharapkan bantuan dari para dermawan," tuturnya.
Biaya pengobatan selama ini, ia dapatkan selain dari simpanan pribadi dari bantuan saudara, jiran tetangga, rekan kerja, pimpinan ditempat kerja serta berhutang kesana kemari.
"Kesana kemari nyari biayanya (hutang) kami, jadi sekarang banyak hutang. Tapi saya ya tidak mengapa asal anak bisa sembuh. Ada juga bantuan saudara dan teman," ungkapnya.
Saat ini, sambung Heri, anaknya tengah dirawat inap di Rumah Sakit (RS) di Kota Binjai mulai 17 April 2022. Sebab memerlukan transfusi darah karena hasil pemeriksaan HB (hemoglobin) hanya 3.
"Di RS ini alhamdulillah tidak dikenakan biaya karena menggunakan BPJS," sebutnya.
#Awal Rafisqy Mengidap Leukemia
Selanjutnya Heri mengkisahkan awal buah hatinya mengidap leukemia.
Pada usia nol (0) sampai 1,5 tahun gejala apa pun belum timbul, masih normal seperti anak diusianya. Diusia itu sempat belajar berjalan.
Lalu diusia 2 tahun sudah bisa berjalan sendiri. Namun tidak terlalu, karena setelahnya Rafisqy tidak lagi mau berdiri.
Setelah tidak mau lagi berjalan, bibirnya terlihat pucat dan bagian tubuh lainnya kebiruan seperti memar.
Dihari - hari berikutnya, Rafisqy sering mengalami sesak nafas dan tubuhnya semakin hari semakin lemah.
"Saat itulah kami membawahnya ke salah satu RS di Kota Binjai, tepatnya pada awal Desember 2021," ungkap Heri.
Hasil dari pemeriksaan medis, HB hanya 2. Sehingga langsung ditransfusi darah sebanyak 2 Bag oleh pihak rumah sakit.
"Setelah dua hari dirawat HB menjadi 9, dan dibolehin pulang. Kami dikenakan biaya Rp2 juta karena pasien umum," sebutnya.
Setelahnya, Rafisqy kembali ngedrop HB 3, dan kembali dibawah ke RS lainnya yang masih berada di Kota Binjai pada 8 Januari 2022, untuk transfusi darah dan perawatan.
"Kali ini kami sebagai pasien BPJS. Tapi karena perawatan kurang memuaskan, kami minta pulang pada 9 Januari 2022," ungkapnya.
Tidak lama pada 13 Januari 2022, kondisi Rafisqy semakin parah. Kembali membawanya ke RS di Langkat untuk transfusi darah. Melihat kondisi Rafisqy HB nya hanya 1, pihak RS memutuskan harus rawat inap.
"Kali ini kami kembali sebagai pasien umum. Anak kami dirawat selama 4 hari di ruang ICU, menelan biaya Rp14 juta," terangnya.
Lalu pada 30 Februari 2022, Rafisqy kembali melemah membutuhkan transfusi darah lagi sebab HB nya tinggal 2. Dibawah ke RS di Binjai.
"Kembali pakai BPJS. Anak kami dirawat lima hari, dikenakan biaya Rp1 juta untuk pembelian darah dan pindah ke ruangan kelas 2 di RS tersebut," sebutnya.
"Setiap transfusi darah menghabiskan 2 kantong, perkantongnya 250 cc," cetusnya menambahkan.
Untuk jalur pengobatan alternatif, Heri mengaku sudah mengeluarkan biaya pengobatan Rp15 juta.
"Itulah paparan biayanya, belum termasuk oprasional kesana kemarinya. Semoga dengan pemberitaan ini, ada dermawan yang terketuk hatinya membantu kesusahan kami," harapnya.(m/lkt1)