Kondisi rumah mulai rusak sejak dari tahun 2014 lalu hingga saat ini belum dapat diperbaiki karena himpitan ekonomi keluarganya, bahkan sejauh ini belum juga tersentuh bantuan dari pihak manapun baik Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Aceh.
Padahal setiap musim pemilu tiba, banyak para kandidat calon kepala daerah dan calon legislatif yang datang untuk berkampanye di daerah tersebut, bahkan banyak meninggalkan janji jika sudah duduk di kursi jabatan.
Janji tinggallah janji yang menjadi kenangan kelam dari dunia perpolitikan hitam, masyarakat akan tetap dan terus menjadi korban janji di setiap kontestasi pada musim pemilu tiba.
Kasummi yang diwakili anaknya Surniati (40) kepada pewarta menuturkan, sejauh ini keluarganya belum ada orang yang memberikan bantuan baik dari Pemkab Aceh Utara serta Provinsi Aceh untuk perbaikan tempat tinggal ibu juga keluarganya yang tinggal berdampingan dengan kondisi yang hampir sama.
"Keluarga kami memang terlahir tidak mampu maka dengan datangnya Media ini, mudah-mudahan mendapat perhatian dari Pemerintah dan dermawan lainnya untuk membangun rumah yang layak buat kami," ujarnya dengan raut sedih dihadapan awak media yang bertugas dilapangan
Dengan kondisi ibunya yang sudah tua dan sering sakit-sakitan, Surniati sangat berharap ada pihak yang terketuk hatinya untuk dapat membantu keluarganya.
"Saya minta/memohon kepada pemerintah dan pihak lainnya, tolong bantu kami pak, kami sudah bertahun-tahun hidup di gubuk reot, saat hujan kami harus pindah/geser ketempat yang tidak bocor," lanjutnya
Ditempat terpisah, Keuchik Matang Cut, Kecamatan Baktiya, Abdul Mutalib juga dangat prihatin dengan kondisi warganya, kondisi pandemi pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa.
Hanya dapat berharap agar kiranya pemerintah Pemkab Aceh Utara dan pemprov Aceh dapat membantu rumah layak huni untuk keluarga Kasummi, karena tempat tinggal yang ditempati saat ini sangat memprihatinkan.
"Keluarga Kasummi sangat butuh perhatian dari pemerintah baik program rehab maupun dibangun yang baru," ujar Abdul
Keuchik menuturkan, anggaran dari Dana Desa untuk pembangunan rumah tidak bisa dianggarkan selama Covid-19, anggaran harus di prioritaskan untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT)
"Dana Desa tidak tercapai karena diprioritaskan untuk BLT," tutur Keuchiik Abdul Mutalib.
Dari amatan media ini, rumah Kasummsi dan 3 rumah anaknya yang hidup berdampingan, dengan kondisi rumah juga hampir sama, sangat memprihatinkan bahkan dari keempat rumah, hanya satu paling belakang yang mempunyai sumur tanpa ada WC, dari itu mereka juga berharap ada bantuan rumah beserta dilengkapi MCK. (alman)