Padahal masalah trowongan ini penyebab salah satu lambatnya pembangunan dan akses utama, contohnya dari dan menuju ke Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Labuhan.
Dua trowongan di kawasan itu semakin pendek akibat ditimbun dan tergenang jika air pasang dan hujan turun. Akibatnya, warga terutama pelajar mengalami kesulitan jika ingin masuk atau keluar Sei Mati.
"Terowongan ini kami sebut terowongan maut dan layak diperjuangkan anggota dewan," kata Rahman, warga Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Labuhan.
Sejak dibangun sekitar tahun 80-an, perbaikan trowongan belum pernah dilakukan. Trowongan yang dulunya bisa dilului kendaraan besar seperti bus dan pengangkut material bangunan sekarang menjadi tidak bisa.
Kondisi sekarang, ukuran trowongan yang dulu cukup lebar, berubah menjadi sempit dengan ukuran sekitar lebar dua meter dengan tinggi hanya sekitar dua meter dan selalu tergenang air dengan ketinggian minimal setengah meter.
"Terowongan inilah yang mengakibatkan kampung kami menjadi payah berkembang," ujar Jeck Tampubolon, warga yang sama.
Pihak pemerintahan setempat mulai dari kelurahan dan kecamatan sudah berusaha mengajukan surat permohonan ke PT Jasa Marga untuk melakukan perbaikan. Namun, perbaikan yang diharap tidak maksimal atau sekedar perbaikan biasa.
"Perbaikan hanya sebatas menutup lubang dengan menggunakan aspal, setelah terkena genangan air banjir dua hari, aspal langsung terkelupas," ungkap Jeck. (RE Maha/REM).