Mahasiswa USU dan Prima Indonesia Kolaborasi Mahasiswa Cina, Thailand Malaisya, Pilipina Tanam Mangrove di Pangkalan Susu Langkat

Sebarkan:

 


Teks Foto: Mahasiswa USU dan Prima Indonesia Kolaborasi dengan Mahasiswa Cina, Malaysia, Amerika Serikat, Pilippina dan Thailand bersama Dosen Pembimbing USU Prof M Basyuni serta Kelompok Tani KTH berfoto bersama usai melakukan kegiatan penanaman mangrove di Kel. Beras Barsah, Kec. pangkalan Susu, Langkat, Minggu (03/09/2023). (Foto : Metro Online, co)


LANGKAT | Mahasiswa USU dan Universitas Prima Indonesia Kolaborasi Mahasiswa Internasional mengabdikan diri kepada masyarakat dengan menanam pohon mangrove di lokasi wisata mangrove milik Kelompok Tani Hutan Peduli Pesisir (KTH) di Lingkungan VI Kelurahan Beras Basah, Kecamatan Pangkalan Susu, Langkat, Minggu (03/09/2023).

Pengabdian Mahasiswa USU dan Universitas Prima Kolaborasi dengan Mahasiswa Cina, Malaysia, Amerika Serikat, Pilippina dan Thailand adalah menyambung apa yang mereka lakukan di masing-masing kampus, ujar Dosen Pembimbing USU yang juga selaku Ketua Panitia Kegiatan sekaligus Ketua Pusat IPTEK UNGGULAN Mangrove, Prof M Basyuni kepada Metro Online di lokasi kegiatan.

Mahasiswa dalam dan luar negeri yang akan melakukan kegiatan saat itu sejumlah 70 orang. Selain mereka melakukan penanaman mangrove, juga melakukan edukasi terkait budidaya serta panen madu kelulut, ujar Prof Basyuni.



Dosen dan para mahasiswa dalam negeri dan luar negeri mengedukasi kelompok tani dan masyarakat guna membudidayakan dan mengolah sumber daya alam serta biota laut yang bernilai ekonomi.

Lebih lanjut, Prof Basyuni mengatakan, masyarakat harus paham dan mengerti diperestasi artinya mengubah hutan menjadi tutupan lain yang bersifat permanen. Kita harus menyelamatkan yang tersisa, hutan yang tersisa harus kita selamatkan termasuk penegakan hukum, ucapnya.

Para Mahasiswa tersebut menyadari, bahwa pohon pohon mangrove sangat penting. Ternyata mangrove itu sangat harmoni bagi madu, kelapa dan lainnya. Mereka ingin tau bagaimana melakukan kegiatan yang memang bermanfaat bagi masyarakat. 

Mengajarkan bagaimana nelayan atau kelompok petani menangkap kepiting, udang, minum air kelapa, sebagian besar juga buah-buahan, seperti anggur dan naga. Juga edukasi, bersosialisasi kepada masyarakat, dan bagaimana mereka mencari petingnya hutan mangrove bagi mereka.

Disinggung terkait kondisi hutan mangrove di Desa Lubuk Kertang, Prof Basyuni mengatakan, beberapa tahun lalu Desa Lubuk Kertang, Kec. Brandan Barat, Langkat terkenal berhasil dengan hasil restorasi tetapi hanya dalam waktu relatif singkat terjadi penurunan stok karbon.

Kejadian ini sudah dilaporkan ke Menteri karena kerusakan ini sudah sangat parah, dari 700 hektar Lubuk Kertang yang dulu terkenal karena keberhasilannya tapi sekarang terkenal dengan kerusakannya.




"Lubuk Kertang kini hanya menyisakan konflik sosial seperti pencuri, sementara yang menanggung semua harus jadi harus perhatian", ucapnya.

Perlu dana yang lebih besar lagi. KPH harus lebih berperan aktif lagi, lebih banyak di pesisir Timur Sumatera yang kehilangan hutan mangrove lumayan besar yang layak direstorasi 200 ribu hektare di seluruh Indonesia.

Ketua KTH, Yenti SIM yang akrab disapa Bu Ayen, itu mengapresiasi para dosen dan mahasiswa dalam dan luar negeri yang telah mengabdikan diri kepada masyarakat dengan menanam bibit pohon mangrove di kawasan pesisir Kelurahan Beras Basah tersebut.

Mahasiswa menaman mangrove di lokasi wisata mangrove KTH, juga mengedukasi kelompok tani agar memahami bagaimana cara membudidayakan biota laut seperti kepiting, ikan dan udang, termasuk madu kelulut serta buah buahan yang bernilai ekonomi  bagi masyarakat, ucap Bu Ayen.(ls/lkt1)
Sebarkan:

Baca Lainnya

Komentar