LANGKAT | Program pembangunan Sarana SMA Plus berbiaya puluhan miliar rupiah dinilai gagal di Kecamatan Besitang, Langkat. Pengadaan lokasi dan pembangunan gedung sekolah SMA Plus dikerjakan semasa Gubernur Sumatera Utara, Edi Rahmayadi.
Ironisnya, status sekolah yang semula di programkan SMA Plus, tapi kini statusnya telah berubah menjadi SMA Negeri 2 Besitang.
Pasalnya, penerimaan murid baru tahun ajaran 2024, jumlah peserta didik baru hanya 18 orang. Artinya, satu lokal pun tidak terpenuhi.
Selain itu, sejumlah 17 orang guru (tenaga pendidik) di sekolah tersebut, semuanya berstatus guru honor, dan semuanya guru tersebut disebut-sebut berdomisili diluar Kecamatan Besitang.
"Sangat memprihatinkan, guru 17 orang, ditambah satu Kepsek, berarti 18 orang. Sementara siswa baru itu hanya 18 orang. Jumlah guru, sama dengan jumlah siswa."
Gedung sekolah begitu megah, tapi jumlah siswanya sangat sedikit. Ini menggambarkan bahwa dinas terkait terkesan menghambur-hamburkan uang negara mencapai puluhan miliar rupiah, ujar Ketua AMPI Kecamatan Besitang, Kahiruddin MG kepada Metro Online, Senin (30/07/2024).
Lebih lanjut, Khairuddin mengatakan , penerimaan siswa baru terkesan di paksakan, terbukti dari jumlah siswa hanya 18 orang saja.
Jangan-jangan penerimaan murid baru ini dilakukan pihak terkait, itu hanya modus untuk menutupi adanya dugaan yang tidak beres dalam pembangunan gedung sekolah tersebut.
Dugaan ini bukan tidak beralasan, selain berubahnya status sekolah dari SMA Plus menjadi SMA Negeri 2 Besitang, juga pembangunan sarana yang ada sekarang dinilai belum rampung.
Kini, halaman sekolah induk masih dalam kondisi semak, belum lagi fasilitas lainnya belum rampung, bahkan diantara bangunan gedung yang ada sudah banyak yang retak-retak, ujarnya.
Plt Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Besitang, Syahrizal Ginting yang dikonfrimasi Metro Online melalui telepon selularnya, Senin (30/08/2024), ia membenarkan jumlah siswa baru hanya 18 orang di sekolah tersebut.
Disinggung, terkait jumlah 17 guru berstatus honorer di SMA Negeri 2 Besitang, dan darimana sumber uang untuk gaji mereka, Ginting mengaku mereka mengajar di sekolah tanpa gaji alias ikhlas hati.
"Sejauh ini mereka belum menerima gaji (17 guru honorer-red), kini mereka berstatus GTT (Guru tidak tetap), sambil menunggu SK mereka turun," ucapnya.
Ditanya apa kendala sehingga murid baru yang masuk di sekolah tersebut minim. Apa karena kurangnya sosialisasi, dia mengaku sosialisasi sudah dilakukan maksimal, tapi itulah kenyataannya, sambungnya.
Sementara untuk menjaga sekolah, pihaknya meminta tolong kepada warga sekitar, itu pun tanpa jasa, mereka ikhlas tanpa upah, katanya.
Menurut catatan Metro Online, beberapa bulan lalu, cukup banyak aset sekolah yang hilang karena dicuri maling, seperti springbed, AC, kabel listrik dan bola lampu.
Minimnya jumlah siswa baru, dan asset sekolah banyak yang hilang mengindikasikan pihak terkait kurang serius memajukan pendidikan di Besitang, Langkat, Sumatera Utara.
Sedangkan uang negara yang dihabiskan membangun gedung sekolah, itu mencapai puluhan miliar rupiah. Tidak tertutup kemungkinan adanya korupsi dalam pembangunan gedung, dan pengadaan fasilitas lainnya di sekolah tersebut, maka diminta kepada aparat penegak hukum segera turun melakukan investigasi lapangan, terang Khairuddin.(ls/lkt1)