Oleh : Husnul Hakim, S.Pd.I
Perhelatan akbar pemilihan wali kota Binjai tinggal dua bulan lagi. Tepat tanggal 27 Nopember 2024, warga kota Binjai akan memilih pemimpin masa depan. Mengutip pernyataan ketua KPU kota Binjai, Anton Indriatno, pada laman rri.co.id. tanggal 31 Agustus 2024, terdapat 4 pasangan calon yang sudah mendaftar sebagai calon wali kota dan wakil wali kota Binjai.
Tingginya animo calon pemimpin kota Binjai harus diimbangi dengan kecerdasan masyarakat untuk memilih. Nasib 303.272 jiwa penduduk kota Binjai (BPS Kota Binjai, 2024) tergantung pada pemimpin yang dipilih. Tidak cerdas dalam memilih akan berdampak buruk bagi warga kota Binjai.
Salah satu ciri pemimpin yang ideal adalah memiliki visi yang kuat. Visi ini akan mengarahkan gerak langkah pemimpin untuk mencapai tujuan bersama. Setidaknya, seorang pemimpin kota Binjai ke depan harus memahami betul tantangan global, regional, maupun lokal.
Semua tantangan itu terangkum dalam 17 tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan. Menjadikan kota dan pemukiman inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan merupakan satu dari 17 tujuan SDGs yang harus tergambar jelas di dalam visi pemimpin kota Binjai ke depan.
Cerdas Memilih
Dalam memilih pemimpin, sering kali masyarakat terjebak pada hal-hal yang bersifat pragmatis. Masyarakat hendaknya meninggalkan cara-cara kuno itu. Sudah saatnya masyarakat memilih dengan cerdas.
Ada 3 kriteria yang perlu diperhatikan masyarakat dalam menentukan pemimpin masa depan kota Binjai dalam Pilkada 2024, yaitu etikabilitas, intelektualitas, dan elektabilitas. Ketiga kriteria ini adalah kriteria berurutan, artinya jika kritera pertama tidak dimiliki calon pemimpin, maka.kriteria selanjutnya menjadi tidak penting. Rocky Gerung (TribunJakarta.com, 5 September 2024), menegaskan bahwa bukan elektabilitas yang menjadi prinsip utama seorang pemimpin, tapi etikabilitas, lalu intelektualitas.
Etikabilitas terkait dengan keteguhan dalam menjalankan prinsip etik seperti kejujuran, keberanian, moral. Nilai-nilai etik ini akan membuat seorang pemimpin memiliki rasa malu untuk berbuat korupsi, kolusi, dan nepotisme. Masyarakat dengan mudah melihat ini melalui rekam jejak dan kontribusi yang sudah diberikan sebelum mencalonkan diri sebagai wali kota dan wakil wali kota. Pemimpin yang memiliki etika tampak pada aktivitasnya yang dekat dengan siapa saja tanpa motif tertentu.
Intelektualitas merupakan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan kreatif. Kriteria ini penting untuk mengarahkan pemimpin untuk memberi solusi dari masalah yang dihadapi. Sebagai pemilih, masyarakat harus cermat melihat hal ini. Ini dapat dilihat dari program pembangunan yang ditawarkan pasangan calon.
Calon pemimpin yang baik akan memaparkan dan mengurai program kerjanya, bukan hanya secara lisan dan jargon-jargon tertentu, melainkan mampu merumuskannya dalam naskah yang disampaikan kepada masyarakat. Ide cemerlang untuk mengatasi masalah kemiskinan, masalah pendidikan, dan masalah pembangunan infrastruktur idealnya disampaikan secara jelas dan lugas.
Elektabilitas merupakan tingkat dukungan terhadap pasangan calon memalui popularitas. Kriteria ini adalah dagangan yang banyak dijajakan pasangan calon. Sayangnya, elektabilitas sering diukur pada kemampuan finansial. Untuk masyarakat tidak boleh terjebak pada politik uang. Sudah saatnya yang punya ide dan gagasan yang jelas dipilih menjadi pemimpin. Tentang siapa sosoknya, masyarakat dapat mencari rekam jejak pasangan calon.
Penutup
Kota Binjai ini banyak menyimpan potensi sumber daya manusia dan alam. Sangat disayangkan bila ada masyarakat yang memilih untuk kepentingan sesaat. Bagaimana Binjai di masa depan sangat tergantung pada siapa yang menjadi pemimpinnya. Dalam memilih, masyarakat hendaknya mengutamakan etikabilitas dan intelektualitas daripada elektabilitas. Jika pemimpin memiliki etika dan intelektual yang gemilang, maka mereka menjadi pasangan yang laik dipilih.
