Desa Hutapea Pecah Sambut Kedatangan Satika Simamora, Siap Menangkan 65 Persen

Sebarkan:

TAPUT | Desa Hutapea di Kecamatan Tarutung seketika pecah menyambut kehadiran Calon Bupati Tapanuli Utara (Taput) nomor urut 1, Satika Simamora pada, Jumat malam (15/11). Masyarakat yang sudah menunggu sejak pukul 11.00 WIB, begitu mendengar musik kampanye dari mobil sound system, langsung berdendang dan berjoget ria. 


"Bunda Satika, Bunda Satika, hu ha holongi do ho," teriak mereka bersahut-sahutan. Satika lantas turun dari mobil dan langsung menghampiri warganya. Diiringi musik kampanye dari mobil sound system,  Satika lantas ikut bernyanyi bersama warga dan massa pendukungnya di desa tersebut. Semuanya lalu larut dalam kegembiraan. 


"Kami semua di sini sudah menunggu Bunda Satika datang sejak jam 11 siang. Sekarang kami senang akhirnya ibu mampir di desa kami ini," ujar seorang lansia dihadapan Satika Simamora. Selain lansia, acara kampanye Satika di titik keempat kampanyenya hari itu, diramaikan kaum milenial dan Generasi Z. 


Masyarakat Desa Hutapea menyatakan komitmen siap memenangkan pasangan nomor urut 1, Satika Simamora - Sarlandy Hutabarat pada hari pelaksanaan Pilkada serentak, 27 November mendatang. 


"Kami siap memenangkan Bunda Satika Simamora di Desa Hutapea ini sebesar 65 persen. Satika-Sarlandy lanjutkan," ujar tokoh masyarakat setempat. 


Dalam orasi politiknya, Satika Simamora menyebut tidak ada niatnya untuk memanipulasi masyarakat apalagi ingin mencari kekayaan pribadi dalam pencalonannya sebagai bupati. Dia maju menjadi calon bupati Taput agar tidak masuk pemimpin yang hanya merusak kebudayaan di kampung halamannya tersebut. 


"Meskipun aku harus bersusah payah ke sana ke mari menemui masyarakat Taput, agar aku dapat mengetahui apa saja yang menjadi keluhan kalian semua. Untuk itu doakanlah saya dapat duduk menjadi bupati di Tapanuli Utara agar dapat membantu warga masyarakat Taput," ujar istri mantan bupati Taput dua periode, Nikson Nababan ini. 


Diungkapkan politisi PDIP tersebut, sebelum ke Desa Hutapea dirinya mengunjungi Desa 

Siandorandor untuk melihat kondisi warga yang didominasi kelompok penenun ulos Batak. 


"Dann ada juga yang kami beli. Itulah yang masih bisa kami lakukan. Namun, saya sudah melihat dan membeli hasil tenun, saya masuk dari rumah ke rumah, ternyata hasil tenun yang dijual dengan motif dan kualitas yang sama namun harga berbeda-beda," ujarnya. 


Inilah yang menurut Satika menyebabkan pembeli ulos tenun takut membeli dikarenakan kualitas yang sama namun harga beli berbeda. 


"Tadi sudah saya sampaikan kepada anggota dewan agar di setiap desa yang memiliki jumlah penenun banyak, dibuatkan plang berisi list harga ulos tenun dan disesuaikan dengan motif, bahan dan kualitasnya agar dapat menjadi acuan harga. Sehingga ketika pembeli datang ke tempat itu di depan pintu masuk desa sudah ada plang daftar harga ulos tenun sesuai bentuk, kualitas dan motifnya," pungkasnya. (Alfredo/Edo)

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini