LANGKAT | Pilkada Langkat 2024 semakin memperlihatkan wajah demokrasi yang terpuruk.
Jelang pencoblosan, dugaan praktik politik uang kian merajalela, melibatkan kepala desa sebagai mesin penggerak salah satu pasangan calon nomor urut 01, H. Syah Afandin dan Tiorita Beru Surbakti.
Informasi yang beredar menyebutkan bahwa beberapa kepala desa di Langkat Hulu, termasuk di Brandan, secara terang-terangan membagi-bagikan uang kepada warga demi mendulang suara.
Modus operandi ini sederhana namun berbahaya. Warga menerima amplop putih berisi uang Rp 50 ribu dan kartu nama Paslon 01 yang harus dicoblos.
Sebuah angka kecil yang digunakan untuk membeli masa depan Langkat selama lima tahun ke depan.
Ini bukan sekadar pelanggaran pemilu; ini adalah pengkhianatan terhadap demokrasi dan hak pilih rakyat.
Aparat desa seharusnya menjadi garda terdepan dalam menjaga netralitas dan integritas proses demokrasi. Namun, fakta di lapangan menunjukkan sebaliknya.
Kepala desa, yang memiliki kewajiban untuk bersikap netral, justru berubah menjadi mesin politik praktis yang digerakkan untuk kepentingan Paslon tertentu.
Hal ini menodai kepercayaan publik dan menciptakan ketidakadilan dalam kompetisi Pilkada.
Serangan politik uang ini bukan sekadar upaya meraih kemenangan secara tidak sah; *ini adalah penghinaan terhadap masyarakat.*
Amplop berisi Rp 50 ribu mungkin terlihat menggiurkan bagi sebagian warga, tetapi harganya sangat mahal: lima tahun penderitaan di bawah pemerintahan yang lahir dari praktik kotor.
Ini bukan investasi untuk kesejahteraan, melainkan jebakan yang memperpanjang siklus korupsi dan ketidakadilan.
Pilkada tinggal beberapa jam lagi. Pertanyaannya, apakah demokrasi di Langkat masih bisa diharapkan berjalan dengan jujur dan adil?
Dengan keterlibatan aparat desa dalam praktik kotor ini, harapan itu semakin tipis. Namun, kunci perubahan tetap ada di tangan masyarakat.
Kepada warga Langkat, waspadalah terhadap politik uang. Jangan biarkan suara Anda dibeli dengan harga murah.
Lima puluh ribu rupiah hanya bertahan sesaat, tetapi keputusan yang diambil hari ini akan menentukan nasib Langkat lima tahun ke depan.
Pilihlah pemimpin yang lahir dari proses demokrasi yang bersih, bukan dari amplop dan intimidasi.
Demokrasi bukan sekadar proses memilih; ini adalah tentang harga diri dan masa depan kita semua.
Jangan biarkan Langkat jatuh ke tangan yang salah karena tergoda oleh uang recehan. Mari pertahankan martabat demokrasi, dan tolak segala bentuk politik uang!.(m/lkt1)